Lalu untuk apa keduanya, sementara saya tidak memiliki tanaman lain selain tanaman-tanaman hias peninggalan eyang pada saat itu?
Maka merekalah yang mendapatkan rezeki tersirami oleh pupuk cair hasil komposting sampah rumah tangga saya.
Dan saya menyaksikan tanaman-tanaman itu berkembangan. Yang terlihat jelas perkembangannya pada saat itu adalah pada tanaman lidah buaya, yang tadinya terlihat biasa-biasa saja terlihat semakin membesar dan menggendut batang-batangnya.
Ya, pupuk-pupuk hasil komposting sampah rumah tangga terlihat memberi efek positif yang luar biasa untuk tanaman-tanaman di rumah saya.
Dan sampailah suatu hari saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pertanian organik dan hidroponik di daerah puncak bersama komunitas homeschooling yang saya ikuti. Dan di sanalah jiwa petani saya yang selama ini ‘terabaikan’ seperti tersirami lagi, terpupuki lagi dan berkembangan lagi.
Di sana saya melihat bagaimana dengan bermodalkan polybag saya bisa menanam sayuran dan menikmati hasilnya. Artinya? Tidak membutuhkan lahan yang luas untuk bisa menikmati hasil bumi, hasil dari tanaman, sebagaimana yang ada di dalam pemikiran saya dahulu.
Maka kembalilah saya ke rumah membawa beberapa polybag tanaman selada juga benih-benih sayuran seperti kangkung, sawi, tomat dan selada.
Semua benih saya tanam di polybag dan wadah semai. Dan dari sanalah perjalanan saya kembali menjadi petani dimulai :)
Cipinang Muara, 13 Juli 2020
#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer
=========
Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet
Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline
0 comments:
Post a Comment