Top Ad 728x90


Monday, October 19, 2020

MATERINYA ADA DI DEPAN MATA KITA

by


Hari Sabtu pagi yang lalu (17.10.2020) saya berkesempatan untuk berbagi pengalaman dan inspirasi seputar komposting di KBA (Kampung Berseri Astra) Gramapuri Persada, Cibitung, Cikarang. 


Sungguh bersyukur karena kegiatan itu bisa dihadiri oleh belasan warga RW 10 yang terlihat begitu bersemangat dan antusias mendapati teknik-teknik yang bisa mereka terapkan untuk membantu memilah dan mengolah sisa bahan organik mereka. 


"Materinya ada di depan mata kita." ucap Bang Adhitya sebagai perwakilan dari PT Showa Indonesia yang mengawaki program CSR PT Astra ini. 


Ya sahabat semua, semua materi itu ada di depan mata kita. Bisa jadi hanya selangkah lagi untuk menjadikan sisa bahan organik kita tidak menjadi bagian dari masalah persampahan di TPS atau TPA, namun justru menjadi sumber nutrisi yang sangat kaya untuk menyuburkan tanaman dan menyehatkan lingkungan kita. 


Jadi, sudah siap memilah dan mengolah sisa bahan organiknya? 😉👍🌱



#selfreminder

#urbanfarmingwisdoms

#motivarmer

 

=========

 

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:

bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau

bit.ly/PodcastRumahHijaunet

bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

 

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:

bit.ly/PelatihanKompostingOnline 

Thursday, October 15, 2020

6.000 SUBSCRIBERS!

by

Kembali tercapai sebuah milestone perjalanan channel Youtube www.Rumah-Hijau.net yang bertransformasi dari sekadar channel untuk dokumentasi menjadi media untuk berbagi dan edukasi seputar kegiatan komposting dan urban farming. 

Terima kasih untuk segenap dukungan dan perhatiannya ya, sahabat subscriber semua. Semoga channel ini bisa menjadi salah satu sumber inspirasi yang bisa membantu lingkungan kita semakin bersih dan sehat. 

Yuk mulai pilah dan olah sampah dari rumah, yuk mulai menanam sayuran dan tanaman konsumsi di lahan rumah kita sendiri 😃

Menuju 10.000 subscribers 🙏💪🌱

#rumahhijaunet 

Tuesday, September 29, 2020

DONE IS BETTER THAN PERFECT

by

Kata dari mentor digital marketing virtual saya, coach Denny Santoso, mengiang saat menemani lari pagi ini. 


Iya, 'done is better than perfect'. Ingin 'perfect' ini yang membuat saya tak kunjung menulis catatan harian urban farming wisdoms lagi. 


Ingin 'perfect' diposting ke beberapa sosmed.

Ingin 'perfect' punya gambar bagus yang mewakili atau melengkapi tulisan.

Ingin 'perfect' supaya bisa menginspirasi lebih banyak orang. 


Karena kebanyakan ingin, akhirnya malah tak tak tereksekusi. 


Padahal jatah usia tidak ada yang tahu. Bisa jadi tulisan ini adalah tulisan terakhir saya 🙏


Akan ada saatnya menyempurnakan tulisan-tulisan ini. Bisa jadi saya yang mengerjakan, bisa jadi bukan saya yang mengerjakan. 


Saya merasa bahwa tugas kita adalah belajar, menjalani dan berbagi, apa pun bidang karya yang sedang kita tekuni. Semoga ke depannya bisa lebih konsisten 🙏🌱


Cipinang Muara, 29 September 2020


#selfreminder

#urbanfarmingwisdoms

#motivarmer

 

=========

 

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:

bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau

bit.ly/PodcastRumahHijaunet

bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

 

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:

bit.ly/PelatihanKompostingOnline 


Saturday, August 29, 2020

DUNIA SEMPIT

by
Itulah kesimpulan yang saya bawa pulang setelah memasangkan instalasi hidroponik NFT 96 lubang di rumah kak Waode, di Bekasi Timur, yang saya kenali sebagai salah satu orangtua peserta coaching Homeschooling di tahun 2019.


Dan siapa menyangka bahwa beliau adalah istri dari mas Yayan, sahabat saya tempat bertukar informasi seputar kesehatan seperti Kangen Water, yang sampai hari ini belum bisa pulang ke tanah air karena sedang berada di luar negeri saat Covid-19 mewabah.

Semoga instalasinya bisa bermanfaat dan memberikan kebahagiaan tersendiri di dalam keseharian menjalani homeschooling bersama anak-anaknya ya, kak Waode. Senang melihat Nuna @nunaanrz menikmati keseharian dan tahapan sebagai pebisnis online. Siapa tahu instalasinya bisa membantu menyeimbangkan hari-hari yang selalu menatap layar menunggu closingan 😎😉😁


Ada yang mau ikut pasang instalasi hidroponik? 😉👍🌱

#rumahhijaunet 
#instalasiNFT
#hidroponik
#urbanfarming
#BekasiTimur
 @ Perumahan Bekasi Timur Regency

Tuesday, August 18, 2020

UJICOBA

by
Panen sawi bersama Yanthi 4 tahun yang lalu


Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Demikian pula dalam hal ber-urban farming. 


Semua dimulai dari langkah pertama, dan langkah pertama itu berasal dari sebuah pesan via Whatsapp yang sampai, yang menyatakan ingin aku membuatkan instalasi hidroponik di rumah beliau. 


Pada saat itu, aku masih mengujicoba membuat instalasi hidroponik dengan menggunakan material-material yang tersedia di dekat rumah. Menganggap pipa PVC adalah material yang paling mudah ditemui, maka aku menggunakannya sebagai kerangka instalasi. 


Mudah? Tentu. Murah? Tidak juga. Investasi terbesar dari pembuatan kerangka PVC ada pada sambungan-sambungan antara pipa, baik yang berbentuk L maupun T. Apalagi saat itu saya menggunakan pipa 1¼“ sehingga lumayan juga investasi untuk setiap sambungannya. 


Hasil ujicoba itu cukup berhasil. Sawi-sawi samhong bertumbuhan dan hasilnya pun dapat dinikmati. 


Namun konstruksi yang saya buat saat itu belum bisa menjadi rekomendasi karena masih tidak stabil bila tertiup angin kencang. Setidaknya saya sudah mencoba. 


Dan sepertinya memang demikianlah sistem kepantasan itu bekerja. Saat kita mau memulai, maka terbukalah peluang-peluang selanjutnya, sebagaimana pesan Whatsapp yang masuk ke telepon seluler saya hari itu, 3 tahun yang lalu. 


Cipinang Muara, 4 Agustus 2020


#selfreminder

#urbanfarmingwisdoms

#motivarmer

 

=========

 

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:

bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau

bit.ly/PodcastRumahHijaunet

bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

 

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:

bit.ly/PelatihanKompostingOnline 


Thursday, August 13, 2020

Sisa Benih Kangkung untuk Instalasi Keranjangponik

by

Tidak jarang ada yang bertanya menggunakan mata bor apa untuk melubanginya. Holesaw bisa jadi sebuah kosakata baru bagi Anda yang baru menekuni hidroponik. 

Semoga tips dalam video ini bermanfaat. Selamat berkebun 😃👍🌱


#keseharianurbanfarming
#hidroponik
#rumahhijaunet
#kangkung

Tips Memilih Ukuran Mata Bor Holesaw untuk Melubangi Pipa PVC

by

Tidak jarang ada yang bertanya menggunakan mata bor apa untuk melubanginya. Holesaw bisa jadi sebuah kosakata baru bagi Anda yang baru menekuni hidroponik. 

Semoga tips dalam video ini bermanfaat. Selamat berkebun 😃👍🌱


#keseharianurbanfarming
#hidroponik
#rumahhijaunet

Tips Memotong Rockwool

by
Dalam keseharian urban farming, membenih menjadi bagiannya. Apalagi saat ada sahabat yang memesan instalasi hidroponik, maka ini adalah bagian untuk persiapannya agar pemesan instalasi dapat menikmati serunya panen sayuran perdana. 

Tips memotong rockwool ini sudah pernah dibagikan dalam video-video sebelumnya. Saya segarkan lagi dan semoga bisa menginspirasi ya.

Selamat berkebun 😃👍🌱


#keseharianurbanfarming
#rumahhijaunet
#hidroponik
#urbanfarming
#dirumahaja

Servis Komposter Pertama Milik Sahabat

by

Hari Minggu pagi, saya mendapat telepon dari salah satu sahabat yang merupakan orang-orang pertama yang memesan komposter dari saya. Katanya komposternya terjatuh dan kerannya menjadi bermasalah. Bersyukur saya bisa mengalokasikan waktu di sore hari untuk bongkaran dan menservis komposter beliau. 

Sungguh bersyukur melihat pupuk padat dan pupuk cair yang bisa dihasilkan dari komposter perdana ini. 

Selamat melanjutkan mengomposnya ya 😃🙏🌱


#rumahhijaunet
#komposter
#komposting
#serviskomposter
#urbanfarming
#pilahsampahdarirumah

Monday, August 10, 2020

Komposter Ukuran M 90 Liter dan Dudukannya Siap Dikirim ke Kota Padang

by

Minggu ini menjadi minggu yang cukup padat. Maka sungguh bersyukur karena bisa menyelesaikan komposter M 90 liter dan dudukannya yang dipesan oleh sahabat di Padang untuk melengkapi proses komposting yang sedang dijalaninya. 

Berikut sedikit informasi mengenai anatomi komposter yang bisa menjadi inspirasi bagi sahabat yang mau membuat komposter sendiri. 

Semoga bermanfaat 😃🙏🌱 


#rumahhijaunet
#komposter
#komposting

Saturday, August 8, 2020

Menyiapkan Tanaman Mint untuk Sahabat dari Bekasi

by

#BersyukurAdalah saat sahabat menanyakan tanaman mint dan saya bisa menyiapkannya. 

Berikut suasana persiapan tanaman mint yang tumbuh di instalasi hidroponik dipindahkan ke polybag organik.

Semoga bermanfaat 😃🙏🌱


#rumahhijaunet
#tanamanmint
#keseharianurbanfarming
#urbanfarming
#mint

Monday, August 3, 2020

APAKAH NUTRISI AB MIX AMAN UNTUK DIKONSUMSI?

by
Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya sahabat semua sudah membaca tulisan sebelumnya dengan tema ‘ORGANIK dan ANORGANIK’ untuk mendapatkan sebuah sudut pandang bahwa tanaman adalah organisme yang tidak kenal bunuh diri. Apa pun lingkungan yang dialami oleh sebuah benih, selama terjadi kelembaban dan tersedia nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan, termasuk ketersediaan karbondioksida dan cahaya matahari, maka niscaya tanaman akan tumbuh. Semakin sesuai lingkungannya, semakin baik tumbuhnya.

Maka nutrisi AB mix yang diserap oleh tanaman dalam metode tanam hidroponik niscaya aman untuk dikonsumsi.

Pertanyaan selanjutnya biasanya: apakah nutrisi AB mix adalah zat kimia?

Sebelum hal itu dijawab, yuk kita sepakati dulu pemahaman mengenai unsur kimia yang menjadi pembentuk wujud alam semesta ini.

Sebagaimana air yang kita minum, apakah itu unsur kimia? Ya, dua atom hidrogen bersenyawa dengan 1 atom oksigen (H2O) menjadikannya air. Kebanyakan satu unsur oksigen saja sudah membuatnya tidak lagi menjadi air, namun zat yang disebut peroksida (H2O2), yang tidak dapat diminum, bahkan punya efek tajam dan memutihkan bila terkena suatu benda, apalagi kulit.

Garam dapur yang kita konsumsi setiap harinya terdiri dari unsur kimia natrium dan klorida (NaCl), yang tanpa garam maka makanan pun menjadi hambar dan tidak nyaman dinikmati.

Jadi, apakah unsur kimia itu aman? Bukan hanya aman, kimia adalah bagian dari keseharian kita. Namun tentu tidak semua unsur kimia aman untuk kita konsumsi secara langsung.

Sebagaimana nutrisi AB mix yang terdiri dari belasan unsur makro dan mikro, tentu telah diracik sedemikian rupa sehingga menjadi nutrisi yang membuat tanaman dapat bertumbuh dengan baik. Karena bila unsur-unsur di dalamnya tidak seimbang, tanaman tidak akan bertumbuh sebagaimana yang diharapkan.

Maka nutrisi AB mix adalah AMAN untuk menjadi penyedia kebutuhan nutrisi bagi tanaman. 

Apa yang membuat tanamannya menjadi tidak aman untuk dikonsumsi? Yaitu saat kita menyemprotkan pestisida berbahan dasar minyak pada daun dan buah yang ditanam, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tanaman yang sebaik mungkin bentuk dan tampilannya.

Unsur minyak sebagaimana solar, bensin dan minyak tanah yang kerap dijadikan bahan dasar untuk pestisida inilah yang merupakan unsur kimia logam berat yang tidak mudah diurai oleh tubuh bila sampai tertelan. Karena pada dasarnya, minyak dan air tidak akan bisa tercampur kecuali air berada pada tingkat kebasaan yang tinggi.

Oleh karena itu, karena nutrisi AB mix aman untuk tanaman kita, yuk kita fungsikan lahan terbatas untuk bertanam sayuran hidroponik ;)

Cipinang Muara, 3 Agustus 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Sunday, August 2, 2020

3 KOMPOSTER MELUNCUR KE BEKASI

by

Ini dia sosok yang berperan di dalam kehadiran 3 komposter ukuran M 60 liter di rumah saya. 

Tak lama setelah komposter pertama dipesan, beliau men-DM lagi Karena ingin menambah dua komposter lagi untuk diberikan kepada mertua dan sepupunya. 

Dan jadilah hari ini 3 komposter dijemput dan siap berkarya membantu pengolahan sampah organik di tempatnya masing-masing. 

Terima kasih sudah bersemangat memilah dan mengolah sampah rumah tangganya ya, kak @hymuttaqin . Ditunggu foto-foto kompostingnya 😉👍🌱

#rumahhijaunet 
#komposter 
#komposting 
#pilahsampahdarirumah 
#gogreen 

SISI MANAKAH?

by
Serunya berkebun organik di tanah kosong milik tetangga 4 tahun yang lalu :)

Melanjutkan pertanyaan dalam tulisan sebelumnya, jadi, berada di sisi organik manakah diri kita saat ini? Silakan direnungi.

Dan sesungguhnya, sisi organik mana pun yang teman-teman ingin jalankan, maka jalankanlah.

Karena pada hakikatnya, tanaman adalah organisme yang tidak kenal bunuh diri.

Karena dengan bertanam metode apa pun, tanaman tetap akan melakukan fotosintesis, merubah karbondioksida menjadi oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

Karena apa pun metodenya, bila dianggap layak dan pantas, maka tanaman tersebut akan bertumbuh, berbunga bahkan berbuah. Yang dari setiap buahnya akan tersedia puluhan bahkan ratusan benih yang bisa menjadi puluhan bahkan ratusan tanaman yang sama.

Yang pada setiap daun dan buahnya akan memberikan nutrisi yang baik bagi manusia, memberikan kita energi untuk berkarya dan menentukan pilihan: hal baik apa yang akan saya lakukan saat ini.

Karena tanpa terpenuhi kebutuhan nutrisi kita, tentu tidak mudah untuk bisa berpikir secara jernih dan dapat memilih jalan karya yang tidak hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, namun juga untuk banyak orang.

Jadi, di mana pun sisi organik Anda, yuk dijalankan. Karena semakin banyak yang mengeksekusi, niscaya akan semakin memberikan banyak kebaikan bagi lingkungan kita.

Cipinang Muara, 2 Agustus 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

BINCANG KOMPOSTING BERSAMA KAK VITA

by


"Sampahnya cantik!"

Bisa jadi kata-kata ini hanya terucap di video ini.

https://youtu.be/Z2Kpq-U5a9A

Apa yang membuat seorang ibu rumah tangga mau memilah dan mengolah sampah rumah tangganya?

Apakah membutuhkan lahan luas untuk melakukan komposting?

Temukan semangat dan keseruannya dalam video ini.

Semoga bermanfaat :D

Dan bila tertarik mendapatkan pendampingan melakukan komposting melalui Pelatihan Komposting Online bersama #rumahhijaunet, silakan klik link berikut ya:

bit.ly/PelatihanKompostingOnline

#PelatihanKompostingOnline
#iburumahtangga
#rumahhijaunet
#komposting
#komposter
#pilahsampahdarirumah
#gogreen



Saturday, August 1, 2020

ORGANIK dan NON-ORGANIK

by
“Kalau sudah menjalani keduanya, tetap jalani keduanya ya mas, yang organik dan hidroponik.” Pesan mentor saya, Pak Ronny Tanumihardja, yang disampaikan saat mengikuti pelatihan hidroponik di Cibubur, begitu mengena dan semakin hari semakin relevan untuk dijadikan pedoman di dalam menjalani keseharian ber-urban farming, tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga saat berbagi ilmu dan hikmah-hikmah yang didapat kepada orang lain.

Karena setiap dari diri kita niscaya memiliki situasi dan kondisi yang berbeda dalam menjalankan urban farming di tempat kita masing-masing. Ada yang memiliki lahan yang cukup luas untuk ditanami dengan cara organik, namun tetap memilih berhidroponik karena menganggap lebih praktis dan hemat waktu. Ada yang memiliki lahan terbatas, namun tetap memilih dengan cara organik karena menikmati mengolah media tanam dan menyiram setiap hari.

Setiap orang memiliki situasi dan alasannya masing-masing dalam ber-urban farming.

Dan setiap orang juga memiliki pandangannya sendiri dalam hal organik dan non-organik.

Ada yang beranggapan bahwa yang disebut dengan organik adalah dengan menggunakan media tanah di lahan yang luas, yang diperlakukan tanpa pupuk kimia sama sekali. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dalam organik tanahnya perlu didiamkan dalam jangka waktu tertentu lalu baru ditanami.

Dan itu tidak apa, dan silakan dijalankan.

Saya pribadi termasuk merasa nyaman dalam menjalani kegiatan berkebun menggunakan aliran organik yang kedua, yaitu tidak mempermasalahkan di mana tanaman itu bertumbuh. Karena selama tanaman itu bertumbuh, maka artinya lingkungannya memungkinkan untuk bertumbuh.

Yang menjadi pembeda adalah dalam memperlakukan tanaman saat bertumbuhnya, apakah menggunakan pestisida berbahan dasar minyak atau air dalam rangka menjauhkan hama demi mendapatkan hasil yang maksimal.

Bahan dasar minyak seperti bensin, solar atau minyak tanah yang digunakan sebagai campuran pestisida tentu ditujukan agar tidak mudah larut bila terkena air, sehingga hama tidak mau datang selama tanaman bertumbuh. Dan tentu lebih menghemat tenaga karena tidak perlu berulang-ulang menyemprotkan pestisida.

Dan kabar serunya adalah pada akhirnya manusialah yang akhirnya ikut mengonsumsi minyak-minyak pestisida yang tertempel pada tanaman tersebut karena tidak mudah larut dalam air.

Untuk satu kali makan mungkin masih tidak apa karena tidak terasa. Namun saat pola yang sama terjadi selama puluhan tahun, dan pada saat yang sama tidak diikuti dengan pola hidup sehat seperti olahraga teratur, tidur cukup serta minum air putih yang terserap tubuh sesuai dengan ukuran berat badan*), yang merupakan kegiatan yang memudahkan proses detoksifikasi dalam tubuh, maka bisa jadi hal itu menjadi pemicu terjadinya penyakit berat di masa depan.

Maka selama menggunakan pestisida dengan bahan dasar air seperti pestisida nabati yang menggunakan bahan organik yang berbau tajam, pahit atau pedas, atau menggunakan ecoenzyme, maka bagi saya tanaman tersebut termasuk organik.

Jadi, ada di dalam aliran organik manakah Anda?

Cipinang, 1 Agustus 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

*) Bila ingin tubuh dapat melakukan detoksifikasi dengan baik, maka ukuran air putih terserap tubuh yang disarankan adalah ‘berat badan dibagi 20’.

Contoh: bila berat badan 60 kg, maka kebutuhan minimal air putih terserap tubuh dalam satu hari adalah 60:20 = 3 liter.

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Friday, July 31, 2020

AWALNYA 1, LALU MENJADI 3

by

Awalnya 1, lalu bertambah jadi 3. 

Awalnya hanya satu sahabat yang pesan, lalu menyusul kerabat sahabat ikut memesan juga. 

Dalam hitungan hari, tong-tong komposter ini akan berbakti mengolah sampah organik di tempatnya masing-masing. 

Selamat berbakti, kawan. Yuk, kita bantu bangsa ini lebih bersih melalui rumah-rumah mereka 😊🙏🌱

#rumahhijaunet 
#komposter 
#komposting 
#pilahsampahdarirumah 

PANEN ECOENZYME PERDANA

by
3 bulan menunggu, baru dipanen di bulan keempat 😆

Ecoenzyme berbahan dasar kulit pepaya dan gula putih ini memiliki aroma kecut asam yang segar, bukan beraroma tape seperti POC dari air beras yang selama ini saya buat. 

Saat terkena tangan, terasa kesat dan meninggalkan aroma kecut asamnya di tangan. 

Ada tekstur lengket yang menjadikan cairan ini bisa menjadi desinfektan dan pestisida nabati. 

Jadilah ecoenzyme ini saya tempatkan pada dua buah botol spray 100 ml. Satu untuk di dapur, satu untuk di dekat instalasi hidroponik. 

Yang di dapur untuk membantu membersihkan minyak-minyak pada kompor, yang di instalasi untuk membantu mengurangi hama kutu putih yang sedang menikmati tanaman tomat. Membuat rutinitas pitesida menjadi lebih menyenangkan. 😉😁

Hasilnya? Sejauh ini terlihat menyenangkan. Hama kutu putih berkurang signifikan. 

Masih perlu terus diujicoba. Karena dalam urban farming, yang penting melakukan, evaluasi dan melakukan lagi. 

Apa pun hasilnya, saya bersyukur karena ada cara untuk memanfaatkan kembali sisa buah-buahan yang kita konsumsi setiap harinya. 

Karena tidak semua sisa harus berakhir di tempat pembuangan sampah. Selama bisa kita manfaatkan kembali, mengapa tidak 😉

Ada yang mau ikut membuat ecoenzyme? Tutorial membuatnya ada di Youtube Rumahhijaunet ya (bit.ly/YoutubeRumahHijaunet) 😃👍🌱

#rumahhijaunet 
#ecoenzyme 

KONSISTENSI

by
Sebuah kata yang mudah diucapkan, namun lumayan seru untuk diwujudkan.

Saya merasakannya dalam beberapa hari terakhir ini terkait dengan berupaya konsisten menulis seputar urban farming dan kebijaksanaan yang mengikutinya sesuai dengan yang pernah dan sedang saya alami.

Sudah terdapat beberapa judul tulisan, namun saya lewati dulu karena tulisan ini lebih relevan dengan yang saya rasakan hari ini.

Ya, konsistensi. Saya sedang melatih diri untuk konsisten menulis. Mengingat usia yang masih tergolong muda, namun sudah berada di tengah-tengah kecenderungan jatah usia manusia di Indonesia pada umumnya, maka saya perlu lebih banyak belajar. Dan karena ingin banyak belajar, maka saya perlu lebih banyak menulis.

Mengapa menulis? Karena belajar (melalui membaca, mendengarkan podcast, menonton video pembelajaran, dan sebagainya) itu seperti menghirup udara. Dan bila tidak dihembuskan dengan menghasilkan sebuah karya, dan menulis adalah yang paling sederhana yang bisa saya lakukan, maka bisa jadi diri ini tidak akan mudah untuk menyerap ilmu-ilmu selanjutnya.

Karena seperti yang disebutkan oleh futurolog Alvin Toffler, “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn.”

“Yang disebut buta huruf di abad 21 bukanlah orang yang tak bisa membaca dan menulis, tapi yang tidak bisa belajar (learn), meninggalkan hal yang relevan (unlearn), dan belajar ulang (relearn).” (Dikutip dari rumahinspirasi.com)

Yup. Saya meyakini bahwa saya, bila masih diberi usia, akan bisa ikut merasakan suasana kehidupan di abad 21 ini. Artinya, bila ingin menjadi bagian dari warga abad 21 yang bisa mengikuti perkembangan zaman, saya perlu mempersiapkan diri untuk terus belajar, untuk melepas apa yang sudah saya pelajari kalau itu sudah tidak relevan, dan kembali belajar hal-hal yang baru.

Mudah? Jelas akan sangat menantang, karena di sanalah antara ego dan nilai-nilai hidup yang diyakini akan mewarnai setiap keputusan belajar.

Dan semua akan berjalan bersama dengan proses perenungan.

Dan sepertinya salah satu momen perenungan yang bisa saya rasakan adalah saat menulis. Ya, seperti saat sedang menulis tulisan ini atau sedang menuliskan jurnal syukur atas apa yang saya alami setiap harinya.

Semoga saya bisa terus konsisten menulis, menulis apa pun yang sedang saya pikirkan dan saya rasakan, khususnya terkait dengan urban farming, sebuah aktivitas dan kegiatan yang sepertinya akan saya lakukan seumur hidup saya, di mana pun saya berada.

Semoga saya bisa konsisten, sekonsisten tanaman yang memberikan begitu banyak manfaat karena kehadirannya. 

Cipinang Muara, 31 Juli 2020

#selfreminder
#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

Keterangan gambar: Hasil stek tanaman basil di rockwool yang sudah siap pindah ke instalasi hidroponik.

=========

Untuk sharing, tulisan lebih lengkap dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Sunday, July 26, 2020

SISTEM

by
Panen kangkung hidroponik
bersama Oji dan Yanthi dari instalasi yang diceritakan
Hari-hari berlalu dengan penuh semangat walau terus menghadapi tantangan dalam mencoba instalasi wick system menggunakan botol air mineral.

Sampai suatu hari instalasi NFT 80 lubang sampai di jemuran rumah kami. Mas Aar menghadiahkannya kepada Mbak Lala yang sedang bersemangat mencoba hidroponik untuk hadiah ulang tahunnya.

Di sanalah saya mengenal dan belajar tentang sistem. Sebuah cara yang begitu memudahkan seseorang yang ingin memiliki sayuran di rumahnya sendiri.

Mudah, karena tidak perlu menyiram atau menunggui tanamannya. Cukup mengecek aliran air dan kadar nutrisi setiap harinya. Bahkan saat usia tanaman masih di minggu-minggu pertama, bisa dicek per 3 hari sekali.

Mudah, karena untuk menghadirkan oksigen terlarut, saya tidak perlu meniup-niupkan udara ke lusinan botol air mineral. Aliran air yang menghadirkan gelembung-gelembung di dalam ember sudah cukup memenuhi kebutuhan oksigen terlarut.

Mudah, karena hanya mengurus satu sumber air, kita dapat memiliki hasil panen sebanyak lubang tanam yang kita miliki pada instalasi.

Dan berbagai kemudahan lainnya, seperti instalasi ini tidak akan jatuh disenggol kucing atau tertiup angin.

Ya, instalasi NFT milik Mbak Lala itu membukakan sebuah pemahaman betapa sistem itu begitu memberikan kemudahan sehingga kita bisa lebih mengalokasikan waktu kita untuk mengembangkan hal-hal yang lain. Waktu untuk ber-urban farming kita pun menjadi lebih efektif dan efisien.

Investasi di awalnya terlihat besar, namun nilai itu cukup sekali dikeluarkan dan kita bisa mendapatkan hasil panennya setiap bulan selama beberapa tahun ke depan, sesuai dengan bahan dasar yang digunakan. Semakin kuat bahan dasarnya, semakin panjang usia pakai instalasinya.

Dan foto-foto proses hidroponik dan panennya mulai menghiasi media sosial sebagai ajang dokumentasi sekaligus berbagi inspirasi.

Dan dari sinilah semua itu bermula. 

Cipinang Muara, 26 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Saturday, July 25, 2020

MENEMUKAN

by

Selesai dari mengikuti pelatihan hidroponik bersama Pak Ronny dan Bu Bertha, mulailah aku dan Mbak Lala mencoba menerapkannya di rumah dengan sumber-sumber daya yang kami miliki.

Selain starterkit wick system yang kami beli saat pelatihan, kami juga mencoba membuat hidroponik wick system menggunakan botol-botol air mineral, yang kami potong dua, lalu bagian atasnya dibalik masuk ke dalam bagian bawah sehingga menyerupai pot. Lalu kami cat botolnya dan diberi sumbu, voila! Jadilah pot hidroponik wick system.

Saat itu lebih dari dua puluh botol wick system kami buat. Dan dari sanalah kami belajar dan menemukan betapa metode wick system menggunakan botol air mineral ini tidak terlalu cocok di tempat kami.

Salah satu faktornya adalah angin kencang yang kadang bertiup di siang hari, juga kucing-kucing yang berlewatan di jemuran membuat botol-botol tersebut kerap terguling dan tanaman di dalamnya pun mati.

Betul, botol-botol itu aman saat masih terisi nutrisi. Dan saat nutrisi mulai berkurang, mulailah mereka bertumbangan.

Ditambah lagi salah satu hal yang penting di dalam hidroponik adalah suplai oksigen terlarut pada larutan, yang dalam wick system dihadirkan dengan cara diberi aerator atau ditiupkan udara setiap hari dengan sedotan ke dalam larutannya.

Kalau satu kali tiup saja masih OK. Begitu ada 20 botol yang perlu ditiup setiap hari, ternyata tidak mudah untuk menjaga semangat dengan konsisten. Maka metode ini, wick system dengan botol air mineral, tidaklah efektif di tempat kami.

Bagaimana dengan wick system melalui starterkit yang kami beli? Menghasilkan dengan baik.

Dan perjalanan menemukan instalasi hidroponik yang paling cocok di rumah pun berlanjut. 

Cipinang Muara, 25 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Friday, July 24, 2020

SEPAKET

by
Ya, perjalanan urban farming itu sudah sepaket dengan proses, keberhasilan maupun kebelumberhasilannya.

Kita bahas dulu kebelumberhasilannya ya, apa saja sekiranya faktor yang memungkinkan menjadi penyebab kebelumberhasilan. Karena bertumbuhnya sebuah tanaman dengan baik sampai panen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya:

1. Kualitas benih
Dalam menyemai, sangat memungkinkan ada benih yang tidak sprout. Karena benih ternyata juga memiliki masa kadaluarsa. Bila mendapati benih yang disemai tidak kunjung sprout dalam waktu sampai dengan 2 minggu, disarankan untuk menebar saja semua bibit yang ada di tanah. Dan disarankan juga untuk menanam kembali saat benih yang ditanam tidak tumbuh, tidak menyerah karena belum berhasil, karena bisa jadi kita kebetulan sedang berhadapan dengan benih yang tidak mau atau tidak bisa tumbuh.

2. Kualitas air
Dalam organik, apalagi hidroponik, kualitas air untuk penyiraman atau untuk air baku sangatlah berperan di dalam menentukan keberhasilan. Tentunya dalam menanam organik faktor tanah lebih menentukan, karena air lebih berperan untuk membuat unsur-unsur hara yang ada dalam tanah bisa terserap oleh akar. Sedangkan pada hidroponik yang menjadikan air sebagai sumber utama kehidupannya, maka kualitas air sebagaimana memiliki pH di antara 5-6.5, ppm awal di bawah angka 100, menjadi kriteria yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

3. Kualitas sinar matahari 
Dalam menanam tanaman pangan, maka paparan sinar matahari memiliki peranan yang sangat penting. Semakin banyak paparan sinar matahari, akan membuat tanaman menjadi semakin kuat dan kokoh. Dalam hidroponik, tentu menjadi lebih mudah memenuhi persyaratan terkena matahari lebih banyak karena kebutuhan airnya sudah terpenuhi sepanjang hari. Sedangkan dalam organik, sebagaimana di musim kemarau saat tulisan ini dibuat, maka perlu diperbanyak frekuensi penyiraman media tanam menjadi setidaknya dua kali sehari, pagi dan sore bila ingin mendapatkan hasil yang baik dan tanaman terhindar dari layu akibat penguapan yang lebih banyak dari biasanya.

4. Hama 
Nah, ini dia tantangan paling asyik dalam ber-urban farming, yaitu saat berhadapan dan berdampingan dengan hama yang ikut menikmati tanaman yang kita tumbuhkan. Bahkan untuk saya pribadi, menyikapi hama inilah yang cukup menentukan mood dalam ber-urban farming. Walau sekali lagi, kitalah yang memutuskan untuk larut dalam kesedihan dan tidak melanjutkan lagi atau tetap bersemangat mencari solusi mengatasi hama dan menanam lagi. Dan itulah yang akan dihadapi seumur hidup kita di dalam ber-urban farming.

5. Waktu
Yup. Ini juga faktor yang menentukan berhasil atau belum berhasilnya kita dalam ber-urban farming. Karena waktu yang belum teralokasikan dengan konsisten, akan membuat hasilnya juga tidak akan optimal.

Demikian 5 faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari urban farming yang kita lakukan. Dan ini semua adalah faktor teknis, yang tidak akan mudah untuk dipenuhi bila faktor non-teknis dan yang terutamanya belum terpenuhi, yaitu menemukan ALASAN YANG KUAT mengapa kita melakukan urban farming.

Karena saat kita mengetahui mengapa kita melakukannya, kita akan mencari caranya.

“Where you know the why, you will find the how.”

Cipinang Muara, 24 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Thursday, July 23, 2020

PASTI

by
Contoh instalasi hidroponik DFT 20 lubang
yang diperlihatkan

Dua hari yang lalu, saya dijapri oleh seorang sahabat yang sedang mempertimbangkan ingin memasang instalasi hidroponik di rumahnya.

Setelah saling berbalas pesan beberapa kali, termasuk berbagi gambar instalasi hidroponik yang bisa dipilih sebagai alternatif.

Ada satu pertanyaan beliau yang menarik, yang menurut saya sangat wajar sebagai pemula di bidang urban farming. Kurang lebih begini pertanyaannya, “Saya kurang pandai kak. Ini mau belajar apa bisa berhasil ya?”

Sahabat semua, apakah ada yang bisa memastikan keberhasilan usaha kita saat melakukan sesuatu?

Berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah saya lalui, maka saya menjawab, “Sepengalaman saya, ketika kita sudah mencoba dan melakukan, maka kemungkinannya adalah 50-50, 50% berhasil dan 50% belum berhasil. Namun kalau tidak mencoba sama sekali, ya jelas PASTI 100% nggak berhasil.”

Tentu jawaban saya kepada beliau tidak menggunakan kata ‘PASTI’ untuk tetap mengedepankan sopan-santun dalam bertutur walau melalui daring.

Jawaban ini juga berlaku bagi sahabat-sahabat, bukan Anda yang membaca tulisan ini tentunya, yang menganggap tangannya panas sehingga merasa tidak berbakat untuk menumbuhkan tanaman, yang menyebabkan tanaman yang ditanam selalu mati.

Karena begitu kita memutuskan untuk tidak mencoba sekali lagi dengan alasan apa pun, maka tentu sudah jelas ketidakberhasilan PASTI berada di depan mata.

Jadi, sesungguhnya tidak ada kata ‘gagal’. Yang ada hanyalah sukses atau belajar.

Apakah saya tidak mengalami kegagalan di dalam melakukan urban farming? Bisa jadi saya mengalami kegagalan atau kebelumberhasilan juauh lebih banyak dibandingkan sahabat-sahabat yang membaca tulisan ini, yang baru akan atau sudah memulai proses urban farming-nya. Karena apa? Karena saya sudah memulai lebih dulu dan bisa jadi akan tetap ber-urban farming saat Anda membaca tulisan ini.

Dan ketika saya tetap melakukan, niscaya saya akan terus mengalami kebelumberhasilan.

Karena saya semakin melihat dan menyadari bahwa kebelumberhasilan adalah sepaket di dalam urban farming, demikian pula keberhasilan, maka saya memilih untuk menerima paket tersebut dan berusaha untuk terus menikmati setiap proses dan perjalanannya, serta selalu belajar dari setiap kebelumberhasilan. 

Itu dari sisi mindset atau pola pikirnya. Apa saja yang menyebabkan kebelumberhasilan selalu sepaket di dalam proses urban farming? Akan kita bahaskan di tulisan selanjutnya.

Selamat memutuskan, sahabat semua. Karena berhasil maupun belum berhasil, sukses atau masih perlu belajar, kita memiliki andil di dalamnya. Dan dengan mengambil tanggung jawab di dalam setiap proses juga hasil yang terjadi, akan membuat perjalanan dalam ber-urban farming menjadi lebih menyenangkan dan membahagiakan. Setidaknya itu yang saya rasakan. Siapa tahu sahabat semua juga merasakan hal yang sama :)

Cipinang Muara, 23 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Wednesday, July 22, 2020

5.000 SUBSCRIBERS

by


Teringat 4 tahun yang lalu saat saya memutuskan untuk mendokumentasikan kegiatan komposting dan urban farming yang saya lakukan.

Saat itu, tidak terlintas sedikit pun di dalam pikiran bahwa 4 tahun kemudian channel Youtube www.Rumah-Hijau.net atau bit.ly/YoutubeRumahHijaunet ini akan memiliki subscribers sebanyak ini.

Apakah 5.000 adalah jumlah yang banyak? Tergantung sudut pandang dan niat awal dari dibuatnya sebuah channel Youtube.

Saat yang menjadi ukuran adalah penghasilan yang bisa didapat dari Youtube, 5.000 subscribers adalah angka yang tidak besar. Dan 5.000 subscribers dalam waktu 4 tahun adalah sebuah perjalanan yang sangat tidak cepat untuk sebuah Youtube Channel. Apalagi komposting dan urban farming bukanlah topik yang populer dan saya pada awalnya bukanlah seorang public figure, pengusaha atau influencer yang sudah memiliki basis massa. 

Itu adalah salah satu sudut pandang.

Bagi saya pribadi, 5.000 subscribers berarti setiap postingan video ataupun tulisan saya akan menyentuh setidaknya 5.000 akun. Dari 5.000 akun ini, bila ada 1%-nya saja, berarti sekitar 50 orang, yang mendapatkan manfaat dan tergerak untuk melakukan komposting atau urban farming, maka berapa banyak sampah organik yang terpilah dan terolah, berapa banyak oksigen dan sayuran segar yang dihasilkan dari halaman rumah masing-masing yang niscaya bebas pestisida dan berantioksidan tinggi karena bisa dinikmati langsung dari sumbernya?

50 orang dibandingkan 250 juta penduduk Indonesia, niscaya sebuah angka yang terasa begitu kecilnya. Namun 50 orang ini bisa membuat perubahan di lingkungannya masing-masing. 50 orang ini bisa menjadi inspirator dan penggerak untuk membawa lingkungan tempat tinggalnya menjadi lebih bersih, lebih asri dan lebih bermanfaat.

Dan sebagaimana awal dibuatnya, channel Youtube Rumahhijaunet ini tetap akan menjadi tempat bagi saya medokumentasi perjalanan komposting dan urban farming, menjadi sumber inspirasi dan sahabat bagi teman-teman yang sedang memulai perjalanan urban farming-nya, bahwa semua itu bisa dilakukan dengan mengoptimalkan kearifan lokal di tempat tinggal kita masing-masing.

Bersyukur kita hidup di Indonesia, negara dengan dua musim yang memudahkan banyak jenis tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Maka yang perlu dimiliki adalah informasi bahwa kita bisa menjadi negara yang semakin mandiri pangan, yang semakin peduli terhadap pemilahan dan pengolahan sampahnya. Ya, dengan segala sumber daya, kearifan lokal dan kebijaksanaan yang kita miliki, Indonesia amat sangat mungkin menjadi negara yang semakin kuat karena semakin peduli terhadap ketahanan pangan dan pengolahan sampahnya.

Terima kasih kepada sahabat semua yang sudah berkenan menjadi teman seperjalanan Channel Youtube Rumahhijaunet selama 4 tahun terakhir ini. Mohon doanya semoga channel ini dapat terus konsisten menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi teman-teman yang ingin melakukan komposting dan urban farming.

Sekali lagi, terima kasih :)

Cipinang Muara, 22 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Tuesday, July 21, 2020

ALOKASI

by
Tidak hanya dalam keluarga, bisnis atau pekerjaan, dalam urban farming pun ternyata diperlukan sebuah alokasi, baik alokasi sumber daya, tenaga juga waktu.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin lebih berfokus kepada alokasi waktu. Dengan sumber daya kita yang terbatas, 24 jam dalam sehari, maka kita perlu mengalokasikan waktu untuk ber-urban farming.

Bagi sahabat-sahabat yang sudah menjadikan urban farming sebagai profesi dan bisnis, maka alokasinya bisa lebih panjang dan serius, bahkan dapat melipatgandakan waktu dengan cara bekerjasama dengan orang lain atau membangun tim.

Namun bagi sahabat-sahabat yang berurban farming secara mandiri, menjadikan urban farming sebagai hobi, kalau hanya untuk keasyikan sesaat silakan saja dilakukan kapan pun Anda mau. Dan bila Anda ingin menjadikannya sebagai kegiatan yang bertahan lama dan berkelanjutan, mengalokasikan waktu untuk ber-urban farming menjadi sebuah hal yang perlu lebih direncanakan.

Bagi saya pribadi, prinsip alokasi waktu ini baru mulai diterapkan dalam masa-masa pandemi ini, saat salah satu mentor bisnis dan kehidupan saya mengingatkan tentang ‘blocking your time’.

Mengapa pada saat pandemi? Padahal selama ini juga waktu keseharian sudah lebih banyak di rumah. Ternyata saat berkegiatan di rumah dilakukan secara masif, suasananya menjadi berbeda. Urusan keluar rumah betul-betul hanya untuk memenuhi kebutuhan keseharian ke pasar, memasang instalasi hidroponik atau mengantar komposter. Urusan lainnya seperti meeting atau koordinasi dengan klien bisa dilakukan dari rumah.

Nah, karena ‘urusan lainnya’ ini bisa dilakukan dari rumah inilah yang membuat alokasi waktu atau ‘blocking your time’ menjadi lebih sangat penting. Mengapa penting? Karena semakin banyak hal yang bisa dan merasa perlu diselesaikan secara online.

Pertemuan-pertemuan lewat daring, baik komunitas maupun pengembangan diri, urusan belajar mandiri bersama PKBM untuk anak pertama, menyimak materi-materi pembelajaran maupun hiburan via Youtube dan Spotify, semakin melengkapi dan memadati jadwal keseharian, yang mana bila ber-urban farming tidak dialokasikan waktunya, seakan-akan saya tidak punya waktu lagi untuk itu.

Dengan padatnya aneka kegiatan, bisa jadi ber-urban farming menjadi sebuah kegiatan yang ‘enggan’ dilakukan. Karena apa? Karena kita menjadi khawatir waktu kita akan terserap lebih banyak ke sana. Sangat bisa dipahami karena kalau sudah mengurusi tanaman kita bisa jadi keasyikan dan lupa waktu. Ada yang pernah mengalaminya sebagaimana saya? xD

Karena itu saat ini, saya mengalokasikan waktu setidaknya 20 menit setiap harinya setelah olahraga dan menulis pagi untuk menyiram tanaman, membibit, mengecek nutrisi bahkan memanen hasil.

Yup, hanya 20 menit saja untuk aktivitas urban farming yang pokok. Kalau mau lebih, tentu boleh saja.

Katakanlah saat mengurusi tanaman, kita melihat ada hal-hal yang ingin dilakukan seperti menyiangi tanaman tomat yang sudah membesar, memindahkan bibit dari bak tanaman ke instalasi, menyetek tanaman mint, basil atau jinten, membongkar atau menambah media tanam untuk tanaman organik, atau mengurusi hama dengan pitesida maupun eco-enzyme, maka hal-hal di luar alokasi waktu tersebut perlu dijadwalkan dan direncanakan. Misalkan saya akan menambah 20 menit lagi untuk mengerjakan hal tersebut, namun akan saya lakukan di hari berikutnya, tidak di hari saya ingin melakukannya. Kecuali memang saya ingin segera mengalokasikan waktu yang berarti mengambil jatah waktu untuk kegiatan yang lainnya. 

Ya, semakin hari saya semakin melihat betapa dibutuhkannya alokasi waktu dalam ber-urban farming, agar keseharian kita bersama tanaman tidak menjadi rutinitas yang menjenuhkan, namun menjadi kegiatan terencana yang membahagiakan.

#selfreminderbanget

Cipinang Muara, 21 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline


Monday, July 20, 2020

KAPASITAS

by
Setiap dari kita niscaya telah membawa kapasitasnya masing-masing. Dan kapasitas itu, untuk segala urusan (rezeki, amanah, dan sebagainya), akan meningkat atau berkurang seiring perjalanan waktu, menyesuaikan setiap pilihan yang kita ambil setiap harinya.

Ada yang terlahir sudah di tengah keluarga petani atau peladang. Membenih, merawat, memanen sampai membenih lagi sudah ada di dalam darahnya dan lingkungannya. Dan ada yang terlahir di dalam keadaan sebaliknya, tidak terpapar dunia tanaman atau pertanian sama sekali. Hanya mengetahui tanaman dari hasil yang sudah tersedia di meja makan atau sekadar tanaman hias yang di halaman rumahnya.

Ya, setiap dari kita memiliki kapasitas dan kita memiliki pilihan apakah akan memperbesar atau membiarkan kapasitas tersebut tetap berada di dalam diri tanpa dioptimalkan menjadi sebuah karya yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Demikian pula dalam dunia pertanian, khususnya dalam urban farming. Dan karena pengembangan kapasitas juga terkait dengan sumber daya sedang dimiliki saat ini, maka keputusan untuk mengembangkannya terletak pada diri kita masing-masing.

Tidak sedikit sahabat yang karena melihat aktivitas saya sebagai urban farmer, menganggap bahwa saya memiliki lahan luas sehingga bisa menjadi penyedia sayur hidroponik maupun organik yang bebas pestisida.

Terima kasih untuk doa dan perhatiannya ya sahabat semua. Sungguh saya meyakini bahwa saat ini, saat tulisan ini dituangkan, saya memiliki ilmu dan kapasitas untuk itu, untuk menjadi penyedia sayuran hidroponik dalam skala yang lebih besar. Dan mengingat bahwa makanan adalah sektor bisnis yang akan terus dibutuhkan di segala kondisi, baik dalam keadaan normal maupun tidak normal seperti suasana pandemi pada saat ini, maka saya bersyukur memiliki ilmu dan kapasitas ini.
Dan sampai saat ini, 200-an lubang tanam yang ada di rumah ternyata masih difungsikan untuk memenuhi kebutuhan sayuran untuk keluarga sendiri. Sesekali hasil panennya dihadiahkan untuk tetangga dan sahabat terdekat.

Dan karena kapasitas yang dimiliki ini pulalah yang membuat saya dapat melihat peluang-peluang menambah lubang di mana lagikah yang dapat dioptimalkan pada lahan lantai dua rumah saya.
Dan memang kita perlu membayangkan dahulu apa asyiknya menjadi petani dan penyedia sayuran, apa kebahagiaan yang dapat dirasakan saat bertukar sayuran dan menambah benih-benih silaturahmi baru saat mengantarkan sayuran yang dipesan baik secara langsung maupun melalui dunia maya. Agar apa? Agar lebih tergerak untuk segera mengeksekusi tambahan lubangnya.

Saat ini saya sedang membuat sebuah prototype rakit apung skala kecil yang lebih muat di lahan terbatas saya. Bila terlihat menjanjikan, semoga ke depannya akan lebih banyak lubang tanam di rumah, dan lebih banyak sayuran yang ditumbuhkan sehingga bisa lebih banyak berbagi hasil panennya.

Semangat!! :)

Cipinang Muara, 20 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Saturday, July 18, 2020

MENSYUKURI KEBERHASILAN-KEBERHASILAN KECIL

by

Karena urban farming adalah sebuah perjalanan yang akan dilakukan seumur hidup, maka niscaya penting untuk dapat senantiasa mensyukuri keberhasilan-keberhasilan kecil di dalam proses kesehariannya.

Tulisan ini lebih ditujukan untuk sahabat-sahabat yang sedang ingin memulai dan sudah menjalani urban farming skala rumah tangga, hobi maupun bisnis urban farming skala kecil. Tentu saja bagi sahabat-sahabat yang sudah memiliki bisnis bidang pertanian yang besar juga bisa mengambil hikmahnya.

Dalam sebuah bisnis yang sudah besar dan berjalan, tentu target-target jangka pendek, menengah dan panjang sudah lebih mudah terpetakan dan bisa dipecah menjadi target-target terukur yang perlu diselesaikan setiap harinya.

Bagaimana dengan urban farming skala rumah tangga? Yang saat tulisan ini dihadirkan, saya pun masih menjalankannya hari demi hari.

Inginkah saya mengelola sebuah lahan yang lebih besar dan menerjunkan diri dalam bisnis urban farming tersebut? Mengapa tidak? Dengan sistem hidroponik, dengan rangkaian upaya yang sederhana setiap harinya, saya bisa mendapatkan hasil yang berlipat ganda 3-4 minggu ke depannya.

Ilmunya sudah dimiliki dan dipraktikkan dalam skala kecil, tinggal diduplikasi dan diperbesar kapasitasnya.

Yup, dalam tulisan selanjutnya saya akan berbagi seputar kapasitas urban farming.

Kembali ke keberhasilan-keberhasilan kecil yang saya ingin capai setiap harinya. Keberhasilan seperti apakah?

Sesederhana berhasil menengok dan menyapa tanaman-tanaman saya setiap harinya.

Ya, sesederhana itu. Sudahkah kita menengok dan menyapa tanaman kita hari ini?

Saat menengok dan menyapa, niscaya kita akan melihat ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk membuat tanaman-tanaman kita bisa berkembang dengan baik. Mulai dari menyiram, mengecek aliran air, mengatur kadar nutrisi, membersihkan hama dan gulma, bahkan mengatur ulang posisi agar mendapatkan asupan sinar matahari yang lebih optimal. Karena setiap bulannya, matahari mengalami pergeseran yang bisa jadi membuat kita perlu memindahkan tanaman agar mendapatkan sinarnya.

Keberhasilan kecil saya sedang saya lengkapi dengan membibit setiap hari. Seberapa banyak? Cukup 5-10 benih setiap harinya. Artinya hanya membutuhkan tidak sampai 1 menit untuk menyelesaikannya. Namun niat untuk menjadikannya itu yang perlu terus-menerus diperkuat. Dengan cara apa? Dengan cara menemukan alasan yang kuat mengapa itu harus dilakukan.

Dan mengapa hanya 5-10 benih setiap hari? Karena sekian netpotlah yang biasanya saya panen untuk memenuhi kebutuhan sayuran keluarga. Kalau ada lebih, maka bisa saya bagikan hasil panennya ke kerabat dan tetangga. 

Jadi, apa keberhasilan kecil Anda dalam ber-urban farming? Sudah menyapa tanaman Anda hari ini? :)

Cipinang Muara, 18 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Friday, July 17, 2020

JALAN BERSAMA

by


Usai pelatihan, saya dan Mbak Lala menghampiri Pak Ronny untuk foto bersama sekaligus sedikit bincang-bincang ekstra. Kebetulan Mbak Lala dan Pak Ronny berada di satu komunitas Green Design Community, jadi sepertinya mereka sudah saling mengenal.

Saat mengetahui bahwa aku adalah praktisi menanam organik, Pak Ronny mengatakan, “Bagus mas. Jalani keduanya ya.” Jadi, jangan karena menganggap hidroponik terlihat lebih bagus hasilnya dan lebih mudah prosesnya, lalu meninggalkan metode tanam organik, karena keduanya bisa dijalani bersamaan.

Nasihat itulah yang menjadi salah satu peganganku di dalam berurban farming sampai hari ini. Dikuatkan dengan pengalaman keseharian menemani sahabat-sahabat dalam menemukan bentuk urban farming terbaiknya selama setidaknya 3 tahun terakhir ini, saya semakin melihat bahwa setiap orang memiliki karakter dan kekuatannya di dalam menentukan bentuk urban farming seperti apa yang terbaik untuk mereka, yang sangat didukung dan dipengaruhi oleh faktor situasi dan lingkungan.

Jadi, mau organik, hidroponik, komposting, budikamber, aquaponik, biopori, vertical garden, apa pun metode dan istilahnya, semua bisa berjalan seiringan.

Tidak ada metode yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya, yang ada hanyalah metode yang lebih relevan dan sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu, pada saat ini, pada saat Anda mulai menjalani urban farming Anda.

Demikianlah tulisan ini, juga media-media sosial yang saya kelola, baik pribadi maupun mengatasnamakan Rumah Hijau atau #rumahhijaunet, semua bertujuan untuk menjadi sumber inspirasi juga menjadi teman seperjalanan bagi sahabat-sahabat yang sedang ber-urban farming dengan berbagai metode.

Saat tulisan ini dibuat, saya sedang mempersiapkan diri untuk mencoba budidaya ikan dalam ember ataupun akuaponik. Sudah pernah mencoba sebelumnya, namun masih belum memberikan hasil yang optimal.

Nah, semangat untuk menjaga konsistensi dari metode yang sudah ada sambil mencoba metode-metode baru inilah yang perlu kita pelihara bersama sebagai urban farmer. Boleh-boleh saya berfokus pada hasil, dan niscaya akan jauh lebih menyenangkan saat kita berfokus pada proses, pada keberhasilan-keberhasilan kecil yang kita capai setiap harinya.

Apa keberhasilan kecil yang saya syukuri setiap hari dalam urban farming? Di tulisan berikutnya ya :) 

Cipinang Muara, 18 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Thursday, July 16, 2020

BERKENALAN

by

“Ndit, mau ikut pelatihan hidroponik di Cibubur? Pergi sama mbakmu. Aku traktir.” Demikian ucapan kakak iparku, Mas Aar, suatu pagi. Saat itu aku sudah mulai asyik menikmati hari-hariku berkebun secara organik, bercengkrama hangat dengan polybag, media tanam dan tentu saja pupuk-pupuk hasil komposting sampah rumah tangga.

Tentu saja aku mau. Mempelajari hal baru yang sedang diminati sungguh memberi semangat tersendiri.

Maka pergilah aku dan kakakku, Mbak Lala, ke Pelatihan Hidroponik yang dimentori oleh Pak Ronny Tanumihardja dan Ibu Bertha Suranto.


Di sana, seperti ada lampu-lampu yang menyala di dalam kepala. TING! TING! TING! TING! Wow, ini betul-betul metode yang sangat menarik. Mengapa menarik? Karena bisa memberi pilihan solusi untuk teman-teman yang ingin berkebun namun masih mempertimbangkan beberapa alasan: tidak suka kotor, takut cacing, super sibuk sehingga tidak sempat menyiram, dan berbagai alasan organik lainnya.

Investasi di awal berhidroponik memang terlihat lebih seru (bagi yang membuat instalasi sendiri) atau tidak murah (bagi yang ingin memesan instalasi), namun itu hanya sekali di awal, dan selanjutnya menjadi lebih mudah karena tidak perlu menyiram setiap hari. Cukup mengecek jumlah air dan nutrisi sesuai usia tanaman setiap harinya, sudah, bisa ditinggal dan dinikmati hasilnya 3-4 minggu kemudian untuk jenis tanaman sayuran.

Jadi, mau pilih berkebun ala apa? Hidroponik atau organik? ;) 

Cipinang, 16 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer
#hidroponik

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

FRESH FROM YOUR GARDEN BERSAMA KAK LENA DARI KEBUN PAHLAWAN

by

Bincang-bincang saya dengan kak Lena Karolina dan kak Robert Bambang Kuspriyatna, yang ternyata telah memenuhkan waktunya untuk memfungsikan lahan di Kebun Pahlawan.

Super salut dengan dedikasi dan semangatnya 👍🌱

Bagi sahabat yang ingin memperkenalkan urban farming metode organik kepada anak-anaknya, pelatihan bersama Kebun Pahlawan Sepuluh sangat direkomendasikan.

Silakan langsung kontak kak Lena untuk ketersediaan seat, karena peserta terbatas disebabkan PSBB yang masih berlaku di Jakarta.

Terima kasih inspirasinya ya, kak Lena. Bila PSBB berakhir, mohon permisi saya grebeg kebunnya ;)

#urbanfarming
#organik
#kebunpahlawan



Wednesday, July 15, 2020

BERBAGI

by

Siapa menyangka bahwa teknologi dokumentasi dan berbagi saat ini berkembang begitu pesat, sehingga untuk melakukannya menjadi lebih mudah.

Dan kebahagiaan yang saya rasakan saat melihat benih-benih yang saya tanam mulai bertumbuhan ingin saya dokumentasikan. Hari demi hari, baik proses komposting maupun bertanam sayuran organik saya dokumentasikan di media sosial. Tidak bertujuan untuk mencari jempol dan komentar dari sahabat-sahabat netizen, namun untuk menjadi catatan dan pengingat betapa setiap momen ada langkah dan pencapaiannya.

Dan berkat dokumentasi sekaligus berbagi ini saya dikenal sebagai urban farmer yang memanfaatkan lahan sempit di rumah oleh sebagian teman-teman saya, khususnya teman satu SMA. Dan saya diundang untuk hadir menjadi salah satu narasumber saat kumpul-kumpul reuni di salah satu rumah makan di bilangan Jakarta Timur yang dikelola oleh teman SMA.

Akhirnya, semua kembali kepada niatannya, semua kembali kepada untuk apa kita menanam, mendokumentasi dan membagikannya. Dan sungguh bersyukur niatan saya untuk menginspirasi bahwa kita bisa menjadikan lahan sempit di rumah menjadi menghasilkan, plus juga bisa berkontribusi menjaga lingkungan melalui proses komposting membawa saya sampai di titik sekarang ini, menjadi sahabat, edukator dan motivarmer untuk teman-teman yang ingin memulai dan menjalani urban farming.

Karena ber-urban farming adalah sesuatu yang akan kita lakukan sepanjang kehidupan kita, selama kita ingin menjadi bagian dari manusia-manusia yang memakmurkan bumi tempat tinggal kita bersama.

Cipinang, 15 Juli 2020

#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer

=========

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline

Top Ad 728x90