Top Ad 728x90


Wednesday, December 31, 2014

Catatan Hari ke-104 Komposting - Bioaktivator dari NatureXa

by
Di tengah gerimis yang turun, siang ini aku kembali mengayak pupuk padat, lalu memanen pupuk cair dan padat. Bersyukur hari ini kembali mendapat sekitar 1,5 liter pupuk cair. Kalau sehari aku biasa memakai sekitar 300 ml untuk tanaman-tanaman yang sedang ditumbuhkan, maka kurang lebih aku punya stok pupuk untuk 5 hari ke depan nih :) 

Hari Minggu malam yang lalu, akhirnya Mbak Wilda datang juga membawa penggembur yang kupesan sejak lama. Kedatangan Mbak Wilda dan penggemburnya sungguh sangat diharapkan, karena penggembur yang kumiliki sudah semakin menipis, jadi memakainya agak dihemat-hemat juga. Sebetulnya ada serbuk gergaji untuk menggantikannya, tapi ya begitulah, kualitas hasil pupuknya jadi lebih berbau dan muncul jamur putihnya. 

Sunday, December 28, 2014

Catatan Hari ke-100 Komposting - Tips Aerasi Pupuk Cair

by

Hasil ayakan pupuk padat dan sisanya

Setelah melewati 3 bulan komposting, kini aku bersyukur karena sudah memasuki hari ke-100 melakukan proses komposting sampah rumah tangga di rumah. Dan sampai hari ini, aku masih bersemangat melakukannya. Sebagaimana hari ini aku memanen pupuk cair cukup banyak, sekitar 2,5 liter, juga pupuk padat yang kuambil secukupnya. 

Tuesday, December 23, 2014

Catatan Hari ke-95 Komposting - Merenungi Sistem Seleksi Alam

by
Hasil ayakan pupuk padat dan sisanya

Panen pupuk cair dan pupuk padat

Hari ini, aku kembali berkesempatan memanen pupuk padat dan cair dari komposter di rumahku, setelah sebelumnya mengayak pupuk padat yang dipanen sebelumnya. Dan begitulah, karena musim hujan dan hujan turun cukup intens akhir-akhir ini, dan aku pun terkadang terlewat menutup pupuk padatku sehingga basah terkena cipratan air hujan, hal itu pun membuat hasil ayakan pupuk padat menjadi tidak terlalu banyak. 

Beberapa hari yang lalu, aku sedang menyemai semua bibit tanaman yang kumiliki di rumah. Pada saat yang bersamaan, aku memiliki beberapa tanaman melon dan cabai yang mulai besar, yang sudah berada di dalam kantong-kantong polybag hitam, tidak lagi di bak persemaian. 

Dari apa yang kualami, aku melihat betapa sesungguhnya bumi ini memiliki sistem untuk menghijaukan dirinya kembali. Dapat dilihat dari satu buah melon saja, setiap bijinya merupakan potensi kehidupan untuk menjadi satu pohon melon yang baru. Demikian pula pada tanaman cabai dimana biji-bijiannya yang biasa dihabiskan dengan sekali lahap, ternyata di dalam setiap bijinya merupakan bibit yang berpotensi menjadi satu pohon cabai yang baru. 

Dari apa yang kualami pula, aku melihat betapa setiap potensi untuk tumbuh tersebut ternyata harus melalui seleksi alam juga. Benih yang berada pada lahan yang subur, lalu lingkungan tumbuhnya memungkinkan ia tumbuh optimal, membuatnya dapat tumbuh menjadi pohon baru yang berbuah lagi. Namun yang harus dihadapinya tidak hanya itu. Ada hama seperti kutu-kutu daun maupun semut-semut merah yang dapat menggerogoti nutrisi yang ada di dalam tubuhnya. 

Maka setiap individu di atas bumi sesungguhnya mengalami seleksi alam sebagaimana yang kusaksikan ini. Saat memijahkan, hampir semua biji yang potensial dapat lahir. Namun saat tumbuh, bila lingkungan tidak mendukung dan dari dalam tumbuhan itu sendiri tidak dapat menyesuaikan diri, maka ia akan mati. Hanya yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan keadaan lingkunganlah yang akan terus hidup. 

Sedih juga rasanya saat menyaksikan beberapa tanaman melon, cabai dan pepayaku akhirnya harus terkulai lemas dan mati. Begitulah harga dari proses belajarku. Kini aku sudah lebih siap untuk memijahkan bibit-bibit selanjutnya. Learning by doing, itulah yang terus dan akan selalu kujalani, terkhusus dalam hal bercocok-tanam. 


Semoga aku dapat menjadi bagian dari individu yang dapat bertahan hidup dan pula dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sambil berusaha menjalani perananku di dalam kehidupan ini. Apa perananku? Entahlah, sampai hari ini aku masih terus mencari. Setidaknya saat ini aku berusaha untuk menjadi anak, saudara, suami dan ayah yang baik bagi keluargaku. Dan semoga dengan upaya sederhana mendokumentasi hari demi hari menjalani proses komposting dengan sampah rumah tangga ini dapat memberi kontribusi untuk perbaikan lingkungan. Walau tak seberapa, namun sungguh aku sangat berbahagia menjalaninya hingga hari ini. Semoga konsisten. Amin :)  

Friday, December 19, 2014

Catatan Hari ke-91 Komposting - 3 Bulan Komposting, Masih Semangat!

by
Hasil ayakan pupuk padat dan sisanya

Hasil panen pupuk cair dan padat

Tidak terasa bahwa dalam kegiatan panen pupuk hari ini, aku sudah memasuki hari ke-91 melakukan kegiatan komposting untuk sampah rumah tanggaku. Sungguh aku bersyukur karena aku masih dapat konsisten dan bersemangat melakukannya. Tidak lain karena begitu besarnya manfaat yang kurasakan. Apalagi kalau bukan tak menumpuknya sampah di bak sampah depan rumah, ditambah memiliki pupuk padat dan cair yang sangat bermanfaat untuk bercocok-tanam yang kulakukan di rumah sendiri.

Tentunya keberhasilanku ini tak lepas dari dukungan keluarga yang tinggal serumah denganku. Secara umum tidak ada keluhan atas kegiatan komposting yang kulakukan, selain bila masih ada bau pupuk yang menempel di badan kalau habis panen, atau bila bau pupuk padat yang masuk ke rumah ketika arah angin yang tidak bersahabat.. xD 

Dan pada panen pupuk hari ini, aku mendapatkan cukup banyak hasil ayakan pupuk padat dari panen sebelumnya. Untuk pupuk cair, aku mendapatkan sekitar 1,5 liter. Sip lah! :)

Saturday, December 13, 2014

Catatan Hari ke-85 Komposting - Mengikhlaskan Sisa Pupuk Padat

by
Hari ini, aku kembali memanen pupuk cair dan padat dari komposter. Sayang, hasil jepretan HP-ku tidak terlalu bagus karena hari sudah agak gelap. Hujan yang turun membuat hasil ayakan pupuk padat tidak terlalu banyak, sedangkan sisanya menjadi cukup banyak. Aku memperkirakan bila sisa pupuk tersebut dimasukkan ke dalam komposter, maka akan langsung penuh lagi. Akhirnya, aku memilih mengambil sebuah keputusan yaitu tidak memasukkan sisa pupuk padat kali ini ke komposter agar mendapatkan ruang yang cukup untuk sampah-sampah dapurku yang selanjutnya. 

Friday, December 5, 2014

Catatan Hari ke-77 Komposting - Mengambil Pupuk Padat Terdalam

by
Ayakan pupuk padat dan sisanya

Panen pupuk cair dan padat

Sebagaimana sebelumnya, aku mengayak dahulu pupuk padat yang telah dipanen, baru kembali memanen pupuk cair dan padat dari komposter. Panen pupuk cair hari ini cukup normal, 1,5 liter. Sedangkan panen pupuk padat kali ini dapat dikatakan cukup banyak, karena aku berusaha untuk mendapatkan pupuk padat yang terdalam dari komposter. 

Di manakah letak pupuk padat terdalam? Yaitu berada di balik pipa ventilasi yang berada di tengah komposter. Selama ini, aku hanya dapat mengambil pupuk-pupuk padat yang ada di depan dan di kedua sisi komposter. Namun pada bagian belakang ventilasi sama sekali tak tersentuh. Hal itu terjadi karena aku menggunakan sekop untuk mengambil pupuk-pupuk padat tersebut, yang tak dapat menjangkau sampai ke belakang pipa ventilasi. 

Monday, December 1, 2014

Hari ke-73 Komposting - Musim Hujan

by

Tak terasa sudah lebih dari 70 hari aku melakukan kegiatan memilah dan mengolah sampah rumah tangga di rumah. Dan sungguh aku bersyukur atas metode yang kujalankan ini, karena hingga hari ini semua berlangsung dengan lancar dan tanpa kendala yang berarti. 

Sebagaimana hari ini cukup banyak pupuk cair yang kupanen, sekitar 2,5 liter. Demikianpun pupuk padat yang dihasilkan juga cukup banyak. Hanya saja karena sepertinya pupuk yang dihasilkan masih merupakan sampah dapur yang diolah dengan serbuk gergaji, ada bau tidak sedap yang keluar dan lumayan membuat penghuni rumah yang lain mempertanyakan sumber bau tersebut. Demikianlah bila arah angin sedang tidak bersahabat… x) 


Sunday, November 23, 2014

Catatan Hari ke-65 Komposting - Jamur Putih

by
Hasil ayakan pupuk padat dan sisa pupuk yang dimasukkan kembali
ke dalam komposter

Pupuk cair dan pupuk padat

Melihat komposter yang mulai penuh, maka hari ini kembali aku memanen pupuk padat dan cair. Berdasarkan ukuran di tempat penampung, kudapat sekitar 1,25 liter pupuk cair hari ini. Sedangkan pupuk padatnya cukup banyak. Pemanenan dilakukan setelah mengayak puput padat yang telah diangin-angin pada panen sebelumnya.  

Salah satu yang kuamati dari pupuk padat yang terpanen hari ini adalah munculnya serat-serat putih di dalamnya. Lalu aku teringat Mbak Wilda yang menanyakan apakah muncul jamur berwarna putih di pupuk padat yang dipanen. Kala itu aku menggunakan serbuk gergaji sebagai pengganti penggembur yang habis. 

Mungkin inilah jamur putih yang dimaksud Mbak Wilda. Jumlahnya hanya sedikit, tidak mendominasi pupuk padatnya. Namun satu hal yang cukup terasa, yaitu bau tak sedap yang muncul. Sangking terasanya, sampai Nur istriku menyampaikan bahwa bau sampahnya masuk ke dalam rumah. Karena aku berada di dekat komposter terus, aku tidak menyangka bahwa baunya sudah beredar sejauh itu… xp 

Friday, November 21, 2014

Hari ke-63 Komposting - Berupaya Lebih Konsisten Lagi dalam Mendokumentasi

by

Pagi ini, aku kembali memanen pupuk padat dan pupuk cair yang dihasilkan dari komposter. Jumlah pupuk cairnya pun cukup banyak, hampir 2 liter. Demikian pula pupuk padat yang kuambil untuk diangin-anginkan sebelum diayak pada saat panen berikutnya juga berjumlah cukup banyak. 

Tak terasa sudah lebih dari 2 bulan aku menekuni kegiatan memilah dan mengolah sampah rumah tangga dengan menggunakan komposter. Dan sampai hari ini, aku bersyukur karena masih diberikan kebahagiaan untuk melakukannya. Karena sebuah manfaat yang terbesar yang kurasakan hingga saat ini adalah tak menumpuk dan baunya sampah di bak sampah depan rumah karena sampah rumah tangga yang dihasilkan. 

Sunday, November 16, 2014

Bincang-bincang tentang Penanganan Sampah bersama Teman-teman dari Yayasan Rumah Pelangi

by

Pada Sabtu ini, 15 November 2014, kembali aku berkesempatan untuk menyetorkan sampah-sampah kering yang sudah dipilah di rumahku. Karena mobil sudah pergi sejak pagi, dan karena jumlah sampah yang mau dibawa tidak terlalu banyak, jadilah hari ini aku ke bank sampah naik motor dengan ikatan karung-karung di atasnya.

Ada yang berbeda saat aku sampai ke bank sampah hari ini karena ada standing banner dengan tema Jakarta Green Collection 2014 yang diprakarsai oleh Yayasan Rumah Pelangi dan Yayasan Unilever Indonesia. Sayangnya aku belum sempat mengambil gambar banner tersebut karena sudah keburu dibawa pergi. 

Begitu aku masuk ke dalam aula RW yang siang ini cukup dipenuhi berbagai macam sampah kering aneka kategori, tiba-tiba nama Mbak Lala disebut oleh salah satu petugas pencatat, seperti seseorang yang sudah ditunggu kehadirannya saja. Dan benar saja, ternyata pagi ini baru saja digelar semacam acara bagi-bagi hadiah untuk nasabah bank sampah dengan kriteria tertentu. Dan Mbak Lala ternyata masuk ke dalam kategori nasabah dengan saldo terbanyak sehingga mendapatkan hadiah sebuah toaster listrik. 

Friday, November 14, 2014

Catatan Hari ke-56 Komposting - Panen Pupuk Padat dan Cair - Pupuk Padat yang Tidak Berbau

by

Pagi ini, kembali aku memanen pupuk cair dan padat dari komposter. Hasilnya, ada sekitar 1 liter pupuk cair berwarna hitam kegelapan sebagaimana biasa, juga sekitar 2 ember pupuk padat yang akan diangin-angin terlebih dahulu. 

Dari hasil pupuk padat yang dipanen hari ini, ada sebagian yang kurang menghitam sebagaimana biasanya. Lalu tercium aroma serbuk gergaji yang cukup kuat. Mungkin karena kualitas penyerapan dari serbuk gergaji itu kurang optimal, sehingga proses pembusukannya juga tidak sebaik bila menggunakan penggembur yang bertekstur lebih halus. 

Dan karena sudah mulai musim hujan, saat turun deras beberapa hari yang lalu, ternyata membasahi pupuk kering yang sedang diangin-angin dari panen sebelumnya. Jadilah hasil ayakan pupuk padat kali ini tidak terlalu banyak. Dan sisa pupuk padat kembali diberi mikroba dan penggembur, lalu dimasukkan kembali ke dalam komposter. 


Saat salah satu teman datang melihat komposter, ia melihat bahwa tidak ada bau di sekitar komposter dan pupuk padat yang sedang diangin-angin. “Hanya seperti bau tanah saja ya.” ucapnya. Dan memang demikian. Bila kadar air dijaga dengan baik dan proses pengolahan sampah tersebut dilakukan dengan tahapan yang benar, hasilnya akan baik dan tidak bau ... :)

Tuesday, November 11, 2014

Hari ke-53 Komposting - Panen Pupuk Padat Hasil Penggemburan dengan Serbuk Gergaji - MOL dari Daun Pisang

by

Pagi ini, aku kembali mengayak pupuk padat yang sudah kubiarkan di udara terbuka selama sekitar 5 hari. Dan demikianlah hasilnya. Di sebelah kiri adalah hasil ayakan pupuk padat, sedangkan di sebelah kanan adalah sisa ayakan yang masih kasar, yang akan dimasukkan lagi ke dalam komposter. 

Jumlahnya sisa ayakannya terlihat cukup banyak ya? Begitulah, dari pengalaman beberapa kali panen, terlihat bahwa materi sampah dapur seperti daun pisang, potongan bonggol jagung dan tulang ayam bagian paha-lah yang cukup banyak terlihat di dalam sisa ayakan pupuk padat. 

Berdasarkan pengamatan itu, agar komposter tidak cepat penuh, aku mulai memisahkan daun pisang sebagai bagian dari sampah dapur yang masuk ke dalam komposter. Sampah daun pisang kumasukkan ke dalam tumpukan sampah daun-daun kering yang akan menjadi kompos di halaman sebelah rumah. 

Sunday, November 2, 2014

Hari ke-44 Komposting: Panen Pupuk Padat ke-3, Panen Pupuk Cair dan Teknik Aerasi

by
Hari ini, aku kembali memanen pupuk cair dan pupuk padat dari komposter rumah tanggaku. Untuk pupuk cair, hari ini didapatkan sekitar 1,2 liter. Sedangkan untuk pupuk yang sudah diaerasi, ada sekitar 500 ml. 

Apa itu aerasi? Dari petunjuk yang diberikan Mbak Wilda, aerasi adalah proses pelepasan bau yang tersisa dari pupuk cair yang sudah dipanen. Pupuk cair yang baru dipanen biasanya masih meninggalkan bau gas yang cukup tajam bila dihirup dari jarak sekitar 5-10 cm dari permukaan cairan. Setelah diaerasi dengan cara diletakkan dalam wadah yang tidak tertutup rapat selama 3-4 hari, bau tersebut bisa menjadi hilang sama sekali. Dan pupuk yang tidak berbau itulah yang sudah layak untuk dikemas di dalam botol. Tinggal teknik mengukur ppm saja yang belum dapat diaplikasikan, karena belum punya alatnya… x) 

Sebelum memanen pupuk padat hari ini, aku menyaring dahulu hasil panen yang sebelumnya, yang telah kuletakkan di udara terbuka selama sekitar 4 hari. Sisa ayakan yang kasar kumasukan kembali ke dalam komposter, sedangkan hasil ayakan langsung kugunakan untuk tambahan nutrisi media tanam bagi bibit-bibit melon yang sudah pecah hari ini. 

Friday, October 31, 2014

Hari ke-42 Komposting: Substitusi Penggembur dengan Serbuk Gergaji

by
Serbuk penggembur (bulking agent) merupakan salah satu komponen penting dalam mengolah sampah rumah tangga karena berperan sebagai pengendali kadar air. Kadar air yang berlebih dapat mengakibatkan olahan sampah rumah tangga menjadi lebih bau dan berbelatung lebih banyak. Oleh karena itu, salah satu tips mengatasi bau dan belatung di dalam komposter adalah dengan menaburkan penggembur untuk mengendalikan kadar air. 

Tanpa terasa, sudah sebulan lebih aku mengolah sampah rumah tanggaku. Dan dapat dikatakan aku masih bersemangat untuk mencacah dan mengolah sampah-sampah dapur karena tak lagi membuat tumpukan sampah yang menimbulkan bau di bak sampah depan rumah, selain saat ini memanen pupuk cair dan pupuk padat sudah menjadi bagian dari keseharianku. 

Sedikit masalah tiba karena estimasi yang kurang tepat dalam mempersiapkan penggembur yang sudah hampir habis. Beberapa hari yang lalu, aku sudah memesan kepada Mbak Wilda. Namun hingga hari ini, barang pesananku belum juga tiba, sedangkan 

Sungguh aku memahami kegiatan Mbak Wilda yang niscaya sangat sibuk di dalam menggerakkan bisnisnya. Kehadiran dan pendampingan yang intensif menjadi penting, karena niscaya tak mudah merubah paradigma dalam mengurusi sampah dari sesuatu yang dianggap tak bernilai menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual bila diperlakukan dengan benar. Maka bila pesananku yang kabarnya ingin diantarkan Mbak Wilda di antara perjalanan dari rumah menuju kantornya belum juga tiba, sungguh aku dapat memahami kondisinya… :) 

Tuesday, October 28, 2014

Hari ke-40 Komposting - Panen Pupuk Padat ke-2

by

Dengan mulai penuhnya komposter, maka sepertinya hari-hari ke depan akan diisi juga dengan memanen pupuk padat dari komposter nih. Sebagaimana hari ini, setelah menyiapkan saringan pupuk buatan sendiri yang terbuat dari kawat ayak pasir dan reng kayu, aku kembali memanen pupuk padat untuk yang kedua kalinya. 


Karena peralatannya sudah lebih siap, kali ini aku lebih banyak mengambil pupuk padat dari bagian bawah komposter, sedapat-dapatnya sampai ke sisi terdalam dari komposter. Karena padatnya sampah dapur, tak membuat sampah-sampah yang di atasnya jadi rubuh saat aku mengambil bagian bawahnya. 

Friday, October 24, 2014

Hari ke-36 Komposting - Panen Pupuk Padat Pertama

by
Akhirnya, komposterku penuh juga dengan sampah dapur yang sudah diolah. Maka inilah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu memanen pupuk padat pertama. 

Saat pintu komposter dibuka, terlihatlah sampah dapur yang dimasukkan sekitar sebulan yang lalu yang telah berwarna kehitaman. Dan dari sanalah aku baru melihat bahwa hasil pupuk padat dari komposterku itu masih memiliki ukuran cacahan yang cukup besar. Masih ada tulang-tulang ayam dan potongan-potongan daun yang belum terurai. 

Dari sanalah aku melihat bahwa untuk panen pupuk padat berikutnya, ada beberapa alat yang harus kupersiapkan, yaitu saringan yang lebih besar (yang harus kubuat khusus dengan kawat jaring), gunting untuk mencacah lagi sampah-sampah yang berukuran besar, juga martil untuk menghancurkan bonggol-bonggol jagung atau tulang-tulang yang masih keras. Demikianlah pada panen yang berikutnya, aku sudah akan lebih siap :) 



Maka hasil panen pupuk padat hari ini hanya sedikit saja. Dan semua itu langsung kutaburkan ke dalam tanah dekat pohon mangga, dengan harapan pohon mangga tersebut akan berbuah lebih baik pada musimnya nanti. Amin ^^ 

Friday, October 10, 2014

Memilah-milah Sebelum ke Bank Sampah

by
Hari Sabtu ini akan menjadi kedua kalinya aku ke bank sampah bila tidak ada aral melintang lainnya. Dan jujur saja, kegiatan memilah sampah sejak dari sampah dapur dan sampah kering saja sudah mengurangi begitu banyak volume sampah. Kini tahap lanjutannya adalah memilah sampah kering itu menjadi beberapa kategori agar lebih mudah penimbangannya saat di bank sampah nanti.

Pagi ini, aku melanjutkan pemilahan sampah kering ke dalam tiga kategori, yaitu plastik, duplek (karton-karton kemasan) dan kertas, karena ketiga hal itulah yang paling banyak di dalam sampah kering rumah tangga kami. Tak sampai 10 menit rasanya semua sampah selesai terpilah, hanya menyisakan beberapa sampah yang tak termasuk kategori yang ada seperti aneka botol-botol kaca.

Saat kulihat tiga karung yang sudah kupilah.... wuiih, banyak juga sampahku dua minggu ini. Bayangkan bila semuanya terbuang di bak sampah depan dan menumpuk lalu menjadi bau karena tercampur sampah dapur. Maka kehadiran komposter dan bank sampah di lingkunganku, juga semangatku untuk memilah sampah yang masih terjaga sampai hari ini, sungguh sangat kusyukuri :)

Thursday, October 2, 2014

Pertemuan Klub Oase: Mendalami dan Berbagi Ilmu tentang Memilah dan Mengolah Sampah

by
http://www.graphicsfactory.com/
Tidak hanya mengajar Pramuka untuk pertama kali yang berkesan bagiku hari ini, melainkan juga karena Mbak Wilda Yanti sebagai pimpinan dari PT Xaviera Global Synergy yang bergerak di bidang pengolahan sampah dapat hadir di dalam pertemuan Klub Oase untuk berbagi ilmu seputar pemilahan dan pengolahan sampah. 

Secara garis besar, apa yang disampaikan Mbak Wilda sudah kuterima sebelumnya saat Mbak Wilda datang ke rumah tempo hari sambil membawa satu set komposter untuk diujicoba di rumah. Dan apa yang disampaikan Mbak Wilda sudah kujalankan dan aku sudah memperoleh pupuk cair dari hasil pengolahan sampah dapur tersebut. Namun pertemuan kali ini, karena diadakan lebih lama dan memiliki penyimak yang lebih banyak dengan pertanyaan yang beragam, maka ilmu yang disampaikan Mbak Wilda pun juga lebih mendalam.

Karena aku sudah menjalani proses komposting yang disampaikan, maka pada hari ini aku mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman di dalam menjalaninya. Dan pada hari ke-13 ini, dapat kukatakan bahwa aku masih menikmati proses tersebut, dikarenakan salah satu manfaat terbesar yang kurasakan yaitu tidak menumpuknya sampah di bak sampah depan rumah karena sampah dapur masuk tong komposter, sedangkan sampah-sampah kering dapat diberikan ke bank sampah. 


Untuk lebih memudahkan cara memilah dan mengolah sampah dengan komposter dari Mbak Wilda, jadilah aku turut berbagi cara memilah dan mengolah sampah yang kuketahui. Mulai dari dapur sampai ke tong komposternya. Kembali Mbak Wilda ikut turun tangan menyacah sampah-sampah dapur yang tersedia, namun karena minat dan semangat para orangtua dan anak-anak dari Klub Oase, jadilah proses penyacahan kali ini berlangsung cepat.


Dengan adanya Mbak Wilda yang menyaksikan caraku mengolah sampah, aku pun mendapat masukan mengenai hal-hal yang perlu disempurnakan seperti jumlah mikroba yang dapat diperbanyak lagi untuk jumlah sampah dapur yang dihasilkan, dan lain sebagainya. 

Dari semua hal yang disampaikan Mbak Wilda, ada sebuah pernyataannya yang begitu membekas di benakku, "Sampah adalah sesuatu yang negatif. Bila diolah dengan negatif pula, maka akan menjadi hal yang negatif lagi. Namun bila diolah dengan positif, maka sampah akan menjadi hal yang positif." 

Pernyataan itu dilanjutkan dengan sebuah cerita bagaimana ada yang ingin memperoleh keuntungan lebih dari pupuk cair yang dihasilkan dengan cara menambahkan air yang menyebabkan pupuk cair itu malah menjadi bau. Sebuah manipulasi yang tidak memberikan keuntungan, tetapi malah jadi merepotkan…


Sampah yang negatif saja dapat menjadi hal yang positif bila dikelola dengan jujur dan positif, apalagi hal-hal yang memang sudah baik dan positif, niscaya akan menghasilkan sesuatu yang sangat baik bila dikelola dengan positif. Semoga kita dapat selalu menjadi bagian dari orang-orang yang berusaha selalu benar dan positif mulai dari niat, proses pengerjaan sampai produk yang dihasilkan di dalam bidang pekerjaan kita masing-masing. Dan semoga dengan ketulusan dan kejujuran yang diupayakan, Tuhan berkenan memberkati setiap usaha kita. Amin.   





Monday, September 29, 2014

Hari ke-10 Memilah dan Mengolah Sampah: Panen Pupuk Cair Pertama

by
Tak terasa sudah 10 hari aku menjalani hidup dengan memilah dan mengolah sampah-sampah rumah tanggaku. Memang ada sedikit waktu yang harus diluangkan untuk melakukannya, namun semua itu terbayar dengan tak menumpuknya sampah di bak sampah depan rumah lagi :) 

Menjalani hari ke-10 mengolah sampah dengan komposter dari PT Xaviera, aku melihat sepertinya sudah tiba waktunya untuk memanen pupuk cair yang mulai keluar di panci penampungan di bawah tong modifikasi tersebut. Jadilah aku pagi ini mencoba untuk memindahkan cairan berwarna gelap yang terkumpul ke dalam sebuah toples kaca. 

Begitu tong kuangkat, terlihat cairan gelap tersebut dan beberapa ekor belatung di dalamnya. Mungkin perlu diketahui bahwa keberadaan belatung di dalam proses komposting ini kata Mbak Wilda, sebagai penggagas proses pemilahan dan komposting ini, adalah hal yang wajar. Dan keberadaan belatung dapat dikendalikan dengan menambahkan penggembur di dalam tong (dan hal itu terbukti…) :)

Bahkan kemudian saya mendapatkan informasi kalau keberadaan belatung yang terkendali adalah indikator kualitas kompos yang baik. Dan bangkai-bangkai belatung yang kemudian ikut terolah lagi di dalam komposter akan meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. 

Wednesday, September 24, 2014

Belajar Memilah dan Mengolah Sampah Basah

by
Entah mengapa dalam beberapa waktu terakhir ini aku memiliki minat yang besar dalam hal memilah dan mengurusi sampah. Mungkin salah satu faktornya karena aku mulai merasa sumpek melihat bak sampah di depan rumah yang dipenuhi sampah yang menumpuk karena tidak diambil petugas kebersihan dalam 2 minggu ini. Sebelumnya aku juga merasa gemas bila melihat sampah yang bertumpuk di pinggir-pinggir jalan. Dan aku melihat bahwa sampah adalah salah satu pekerjaan yang niscaya tidak ada habisnya dan merupakan masalah lingkungan yang serius, maka harus ada hal yang dilakukan, setidaknya dari diriku sendiri, untuk turut serta menjaga lingkungan terkait dengan pengelolaan sampah.

Tanpa disangka-sangka, ternyata salah satu teman Mbak Lala adalah Mbak Wilda Yanti, pendiri perusahaan Xaviera Global Synergy, yang berkecimpung di dalam pengolahan sampah. Dan ia berkenan memberikan kepada Mbak Lala satu set alat komposer untuk mengolah sampah basah. Dan di depan kami saat datang ke rumah beberapa waktu yang lalu, Mbak Wilda menunjukkan cara mengolah sampah basah mulai dari memilah, mencacahnya dengan pisau, memberikannya mikroba pengurai, lalu diberi juga serbuk gergaji sebagai pengendali air dan bau, dan memasukkannya ke dalam tong plastik yang sudah dimodifikasi sebagai tempat pengolahan sampah basah yang akan menghasilkan pupuk dalam bentuk cair dan padat.

Kini, sudah 3 hari alat pembuat kompos itu berada di rumah kami. Memang untuk menghasilkan pupuk katanya menunggu waktu sampai 7 hari, namun setidaknya ada sebuah manfaat besar yang kurasakan sampai hari ini, yaitu aku tidak membuang sampah ke tempat sampah di depan rumah selama 2 hari ini! Padahal sampah dapurku lagi lumayan banyak karena kami sedang membuat cemilan-cemilan seperti pisang goreng yang menghasilkan cukup banyak sampah kulit pisang, di samping sampah-sampah dapur sehari-hari. Kalau dihitung-hitung, 3 hari ini kami bisa menghasilkan 3-5 kantong plastik sampah yang harus dibuang ke tempat sampah di depan rumah. Namun kali ini, betul-betul aku tidak membuang sampah sama sekali ke tempat sampah depan rumah karena kulit-kulit pisang dan sampah-sampah basah yang lain sudah kupilah dan kurajang-rajang. Lalu kucoba memberikan mikroba dan serbuk gergaji sebagaimana yang dicontohkan Mbak Wilda.






Di samping itu, aku juga menempatkan sebuah tempat khusus untuk sampah-sampah kering berbahan plastik, kertas, karton, kaca dan sebagainya agar tidak memenuhi bak sampah basah. Semua sampah-sampah kering itu bila sudah terkumpul dapat diberikan ke bank sampah yang dikelola oleh salah satu RW di dekat tempat tinggalku. Demikian semua itulah yang telah membuat aku tidak membuang sampah ke tempat sampah di depan rumah dalam 2 hari ini.

Pada hari ketiga, akhirnya aku membuang satu plastik sampah ke depan rumah yang berisi plastik-plastik belanjaan ke pasar yang sudah dicuci namun sudah tidak layak pakai, dan berbagai sampah kecil-kecil yang terkumpul beberapa hari ini. Sungguh sangat sedikit bila dibandingkan saat aku tidak memilah sampah rumah tanggaku.

Sempat terlintas di dalam pikiranku saat aku sedang merajang-rajang kulit pisang untuk dimasukkan ke dalam tong pembuat kompos, "Aku seperti orang kurang kerjaan aja ngiris-ngiris kulit pisang...". Namun sisi hatiku yang lain menyatakan bahwa aku tidak sedang mengiris sampah, tapi sedang membuat pupuk. Ya ya... itu adalah alasan yang sangat tepat mengapa aku melakukan hal tersebut. Ada sebuah tujuan dari irisan-irisan kulit pisang dan sampah dapur lainnya, selain hal itu membuatku dapat mengurangi tumpukan sampah di tempat sampah depan rumah, dan semoga dapat menjadi sedikit kontribusiku dalam rangka menjaga lingkungan.

Kini aku sedang menunggu hasil dari pupuk yang sedang berolah di dalam gentong komposer di rumahku. Kata Mbak Wilda, aku sudah bisa memanen pupuk di bagian bawah komposer bila gentong tersebut sudah mulai penuh. Maka tulisanku selanjutnya menunggu pupuk hasil dari komposer tersebut.

Satu masukan untuk Mbak Wilda dan perusahaannya, semoga mereka dapat membuat alat pencacah untuk mengolah sampah rumah tangga sebagaimana yang sedang kukerjakan. Mbak Wilda mengatakan bahwa ia memiliki alat pencacah, tapi untuk ukuran besar dan menggunakan mesin penggerak. Maka bila alat pencacah untuk sampah rumah tangga yang ukurannya lebih kecil dapat terwujud, niscaya memilah dan mengolah sampah rumah tangga akan menjadi gerakan menjaga lingkungan yang menarik dan menyenangkan :)

Sekali lagi terima kasih kepada Mbak Wilda atas komposernya. Semoga perusahaannya semakin maju dan sukses sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang dapat mengolah sampahnya dengan baik, dan menjadikan Jakarta dan kota-kota di Indonesia menjadi bersih seperti kota-kota di Jepang tidak lagi hanya sekadar impian, namun dapat menjadi kenyataan. Amin...

Top Ad 728x90