Pagi ini, aku kembali memanen pupuk padat dan pupuk cair yang dihasilkan dari komposter. Jumlah pupuk cairnya pun cukup banyak, hampir 2 liter. Demikian pula pupuk padat yang kuambil untuk diangin-anginkan sebelum diayak pada saat panen berikutnya juga berjumlah cukup banyak.
Tak terasa sudah lebih dari 2 bulan aku menekuni kegiatan memilah dan mengolah sampah rumah tangga dengan menggunakan komposter. Dan sampai hari ini, aku bersyukur karena masih diberikan kebahagiaan untuk melakukannya. Karena sebuah manfaat yang terbesar yang kurasakan hingga saat ini adalah tak menumpuk dan baunya sampah di bak sampah depan rumah karena sampah rumah tangga yang dihasilkan.
Namun ada sebuah hal yang kurasakan harus terus-menerus kuupayakan adalah kekonsistenan di dalam mendokumentasi apa-apa yang sedang kujalani terkait dengan komposting ini. Karena sesungguhnya dalam setiap kegiatan memanen pupuk padat dan pupuk cair, ada saja hal menarik yang kupelajari, yang ingin kudokumentasi di dalam tulisan, yang kuharapkan dapat menjadi inspirasi juga bagi siapa pun yang memiliki minat dan semangat untuk memilah dan mengolah sampah rumah tangganya.
‘Meruntuhkan’ Sampah
Sebagaimana yang terjadi pada panen pupuk padat dan cair beberapa hari yang lalu. Aku melihat bahwa sepertinya adalah langkah yang baik untuk menurunkan sampah-sampah yang masih melekat di atas setelah pupuk padat diambil. Karena bila berupaya mendorong sampah dari atas, ternyata tidak mudah untuk dijatuhkan ke bawah. Bila sampah tersebut tidak jatuh ke bawah, maka komposter akan menjadi cepat penuh, padahal terdapat ruang pada bagian paling bawah komposter yang tidak terisi. Akibatnya, proses pembusukan menjadi kurang optimal. Terlihat dari hasil panen yang masih menyisakan bau yang tidak sedap. Sedangkan bila proses pembusukan berlangsung baik, yang tersisa hanya aroma gas yang terasa tajam, namun bukan bau busuk.
Demikianlah setelah panen pupuk hari ini, aku langsung ‘meruntuhkan’ sampah yang melekat di dinding komposter agar terkumpul di bawah. Dan hal itu membuat sampah di bagian atas lebih mudah untuk ditekan ke bawah.
Namun satu hal yang harus kuperhatikan adalah bila aku terlalu sering menekan-nekan sampah agar jatuh, sepertinya hal itu membuat kondisi sampah menjadi terlihat lebih berair. Dengan demikian, aku harus kembali menambahkan penggembur ke dalam komposter untuk mengurangi kadar airnya.
Tidak Mendiamkan Sampah Basah Terlalu Lama di Dapur
Satu hal yang kuperhatikan dari komposterku hari ini adalah populasi belatung yang terlihat agak banyak. Demikian pula ada bau tak sedap yang biasanya tak muncul. Setelah kuingat-ingat, ternyata itu adalah bau tulang-tulang ayam yang tidak segera kuproses, artinya kudiamkan di dapur selama 2 hari karena jumlah sampah dapurku belum terlalu banyak.
Dari sanalah aku melihat bahwa menunda mengolah sampah dapur sepertinya dapat berakibat proses pengolahan menjadi ‘harus lebih diperjuangkan’ karena timbulnya bau tidak sedap, lendir sampai kepada populasi belatung yang meningkat karenanya. Tentu semua dapat diatasi dengan menaburkan penggembur ke dalam komposter, namun tetap saja semua itu membuat proses pengolahan sampah dapur menjadi ‘harus lebih diperjuangkan’ … xD
Maka kuncinya kembali kepada konsistensi di dalam melakukan semua proses itu dengan baik dan benar agar dapat memberikan hasil yang baik dan benar pula. Semoga aku dapat konsisten demi lingkungan tempat tinggalku yang lebih bersih. Amin ^^
0 comments:
Post a Comment