Pagi ini, aku kembali mengayak pupuk padat yang sudah kubiarkan di udara terbuka selama sekitar 5 hari. Dan demikianlah hasilnya. Di sebelah kiri adalah hasil ayakan pupuk padat, sedangkan di sebelah kanan adalah sisa ayakan yang masih kasar, yang akan dimasukkan lagi ke dalam komposter.
Jumlahnya sisa ayakannya terlihat cukup banyak ya? Begitulah, dari pengalaman beberapa kali panen, terlihat bahwa materi sampah dapur seperti daun pisang, potongan bonggol jagung dan tulang ayam bagian paha-lah yang cukup banyak terlihat di dalam sisa ayakan pupuk padat.
Berdasarkan pengamatan itu, agar komposter tidak cepat penuh, aku mulai memisahkan daun pisang sebagai bagian dari sampah dapur yang masuk ke dalam komposter. Sampah daun pisang kumasukkan ke dalam tumpukan sampah daun-daun kering yang akan menjadi kompos di halaman sebelah rumah.
Hasil Pupuk Padat dengan Penggembur Serbuk Gergaji
Setelah lebih dari seminggu sejak memesan penggembur dari Mbak Wilda, akhirnya pada malam tadi, Mbak Wilda datang membawakan penggembur pesananku. Kata Mbak Wilda, ia memang sengaja menunda kedatangannya ke rumah untuk melihat bagaimana hasil dari komposting yang kulakukan dengan menggunakan serbuk gergaji.
Dan dari pengalamanku, menggunakan serbuk gergaji memang bisa menggantikan peran penggembur yang dimiliki Mbak Wilda, namun tekstur yang lebih kasar dapat dikatakan tidak seefektif penggembur yang lebih halus di dalam mengendalikan kadar air di dalam komposter. Dan dari hasil pupuk padat hari ini, terlihat bahwa warna sampah padat yang kupanen tidak sehitam biasanya dan sedikit lebih lengket. Demikianpun pupuk cair yang dihasilkan, terlihat ada serbuk-serbuk kayu halus di dalam hasil panennya.
Betapapun, Mbak Wilda mengatakan bahwa demikianlah bila mengolah sampah rumah tangga. Hasilnya tidak selalu stabil dan konsisten, dilihat dari warna pupuk padat dan pupuk kering yang dihasilkan. Yang terpenting adalah terus-menerus menjaga kadar air agar kualitas pupuknya juga optimal dengan cara menambahkan penggembur.
MOL dari Daun Pisang
Terkait dengan langkahku untuk tidak memasukkan lagi daun pisang ke dalam komposter, Mbak Wilda menjelaskan bahwa seluruh bagian dari pohon pisang merupakan sumber penghasil MOL (mikro-organisme lokal) yang baik. Maka sebaiknya daun pisang tetap dimasukkan, hanya saja dicacah dengan lebih halus.
Begitulah, semakin hari semakin banyak ilmu yang kuperoleh dari proses memilah dan mengolah sampah dapur ini. Dan semakin aku menyadari bahwa banyak hal yang harus kualami dan kupelajari demi mendapatkan sebuah mekanisme pengolahan sampah rumah tangga yang semakin baik, juga di dalam mengaplikasikan pupuk padat dan cair yang menjadi hasil dari olahan tersebut.
Salah satu yang dapat kubagi di dalam tulisanku kali ini adalah kembali pupuk cairku sebanyak 1 liter sudah laku terjual, padahal belum ada pengukuran dan pengemasan yang standar. Sepertinya dikarenakan kepercayaan atas proses komposting yang kulakukan.
Betapapun, aku saat ini menggunakan pupuk cair dan padat yang dihasilkan komposterku untuk bercocok-tanam benih-benih tanaman yang kusemai di rumah, di antaranya adalah melon dan cabai merah keriting. Keduanya ini berusia kurang lebih 10 hari setelah tanam dan terlihat cukup sehat sepertinya. Lumayan kan? ^^
![]() |
Melon 10 hst |
![]() |
Cabai merah keriting 10 hst |
0 comments:
Post a Comment