|
Hasil ayakan pupuk padat dan sisanya |
|
Panen pupuk cair dan pupuk padat |
Hari ini, aku kembali berkesempatan memanen pupuk padat dan cair dari komposter di rumahku, setelah sebelumnya mengayak pupuk padat yang dipanen sebelumnya. Dan begitulah, karena musim hujan dan hujan turun cukup intens akhir-akhir ini, dan aku pun terkadang terlewat menutup pupuk padatku sehingga basah terkena cipratan air hujan, hal itu pun membuat hasil ayakan pupuk padat menjadi tidak terlalu banyak.
Beberapa hari yang lalu, aku sedang menyemai semua bibit tanaman yang kumiliki di rumah. Pada saat yang bersamaan, aku memiliki beberapa tanaman melon dan cabai yang mulai besar, yang sudah berada di dalam kantong-kantong polybag hitam, tidak lagi di bak persemaian.
Dari apa yang kualami, aku melihat betapa sesungguhnya bumi ini memiliki sistem untuk menghijaukan dirinya kembali. Dapat dilihat dari satu buah melon saja, setiap bijinya merupakan potensi kehidupan untuk menjadi satu pohon melon yang baru. Demikian pula pada tanaman cabai dimana biji-bijiannya yang biasa dihabiskan dengan sekali lahap, ternyata di dalam setiap bijinya merupakan bibit yang berpotensi menjadi satu pohon cabai yang baru.
Dari apa yang kualami pula, aku melihat betapa setiap potensi untuk tumbuh tersebut ternyata harus melalui seleksi alam juga. Benih yang berada pada lahan yang subur, lalu lingkungan tumbuhnya memungkinkan ia tumbuh optimal, membuatnya dapat tumbuh menjadi pohon baru yang berbuah lagi. Namun yang harus dihadapinya tidak hanya itu. Ada hama seperti kutu-kutu daun maupun semut-semut merah yang dapat menggerogoti nutrisi yang ada di dalam tubuhnya.
Maka setiap individu di atas bumi sesungguhnya mengalami seleksi alam sebagaimana yang kusaksikan ini. Saat memijahkan, hampir semua biji yang potensial dapat lahir. Namun saat tumbuh, bila lingkungan tidak mendukung dan dari dalam tumbuhan itu sendiri tidak dapat menyesuaikan diri, maka ia akan mati. Hanya yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan keadaan lingkunganlah yang akan terus hidup.
Sedih juga rasanya saat menyaksikan beberapa tanaman melon, cabai dan pepayaku akhirnya harus terkulai lemas dan mati. Begitulah harga dari proses belajarku. Kini aku sudah lebih siap untuk memijahkan bibit-bibit selanjutnya. Learning by doing, itulah yang terus dan akan selalu kujalani, terkhusus dalam hal bercocok-tanam.
Semoga aku dapat menjadi bagian dari individu yang dapat bertahan hidup dan pula dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sambil berusaha menjalani perananku di dalam kehidupan ini. Apa perananku? Entahlah, sampai hari ini aku masih terus mencari. Setidaknya saat ini aku berusaha untuk menjadi anak, saudara, suami dan ayah yang baik bagi keluargaku. Dan semoga dengan upaya sederhana mendokumentasi hari demi hari menjalani proses komposting dengan sampah rumah tangga ini dapat memberi kontribusi untuk perbaikan lingkungan. Walau tak seberapa, namun sungguh aku sangat berbahagia menjalaninya hingga hari ini. Semoga konsisten. Amin :)