Top Ad 728x90


Tuesday, July 6, 2021

FORMULA PANEN

by

Salah satu keseruan berurban farming tidak hanya pada masa menanam dan membesarkan, namun juga saat memamen hasilnya. 

Kalau terlalu banyak menanam maka hasilnya bisa berlebihan. Asyik sih bisa dibagi-bagi 😉👍🌱

Kalau terlalu sedikit, jadi kurang memenuhi kebutuhan keluarga dan sangat sayang lahan kosongnya. 

Maka formula panen menjadi sebuah hal yang perlu ditemukan sehingga bisa menentukan formula tanamnya. 

Terima kasih kepada istriku tercinta @nurwap yang kembali ingin menggiatkan membuat smoothies atau raw juice sayuran yang ternyata bahan-bahannya tersedia di halaman rumah kami dalam tanaman organik maupun hidroponik. 

Tidak banyak jumlahnya, namun kalau dikumpulkan sedikit-sedikit ternyata menjadi cukup dan beragam. Sawi, bayam brazil, basil, mint dan seledri menjadi sebagian dari tanaman yang akan kami panen setiap harinya untuk menjadi asupan sayur hijau yang beragam. 

Karena salah satu goal hidup kami adalah memiliki tubuh dan jiwa yang sehat sampai ajal menjemput. Dan kalau bukan kami sendiri yang merawatnya dengan asupan yang baik, lalu siapa? 

Mau menanam sayuran dan herbal juga di teras rumahnya? Selamat memulai ya 😉👍🌱

Bisa simak tips-tipsnya di Youtube Rumahhijaunet bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

#Rumahhijaunet 
#urbanfarmingwisdom 
#urbanfarming
#rawjuice
#greensmoothies
#gayahidupsehat 
#healthylifestyle 

Thursday, June 10, 2021

AROMA

by
Pernahkah kita membuka jendela di pagi hari dan berharap mendapatkan hirupan udara yang segar dan bersih namun malah mendapatkan sebaliknya? 😆

Pagi ini saya kembali mengalaminya. Walau tidak setiap hari terjadi, namun saat aroma itu datang pada udara pagi yang saya harapkan, rasanya gimanaaa gitu 😁

Aroma apakah yang terhirup di pagi ini oleh indera penciuman saya? Aroma busuk sampah yang sepertinya terhembus dari TPS yang mungkin berjarak sekitar 300 meter dari kediaman saya. 

Memang semalam turun hujan yang lumayan deras, dan bisa jadi hal itulah yang memicu aroma dari tempat pembuangan sampah sementara itu. 

Apa yang saya alami pagi ini, dan bisa jadi dialami oleh sebagian sahabat semua yang membaca catatan ini, sebetulnya tidak perlu terjadi bila kita mau menyadari bahwa tercampurnya sisa bahan organik dan sampah anorganiklah yang memicu aroma itu muncul. 

Andaikata kita mau mulai memilah sisa bahan organik kita untuk kita olah sendiri, niscaya 40% bahkan lebih tumpukan sampah di sekitar kita bisa berkurang. 

Sulitkah mengolah sisa bahan organik? 

"Selalu ada yang pertama untuk segalanya", mengutip dari ucapan salah seorang orangtua praktisi homeschooling. Dan sesuatu yang belum pernah dicoba, nisaya dipenuhi dengan asumsi dan praduga. 

"Nanti kalau bau gimana?"

"Nanti kalau muncul belatungnya gimana?"

"Nanti kalau pasangan atau tetangga protes gimana?" 

Nanti gimana, nanti gimana .... dan akhirnya nggak mulai-mulai dan teruslah kita berkontribusi menambah tumpukan sampah di TPS dan TPA karena sampah yang tidak terpilah. 

Memang semua perlu dimulai, dan sebelum dimulai memang perlu digali lagi lebih dalam MENGAPA kita perlu melakukan proses komposting di rumah kita. 

Temukan alasan itu, dan untuk ke depannya hanya tantangan teknis saja yang niscaya ada solusinya. 

Kalau saya bisa melakukan proses komposting selama 5 tahun ini, tentu apa yang sudah saya lakukan bisa ditiru dan dimodifikasi sesuai situasi dan kondisi. 

Bisa jadi harapan Indonesia akan lebih peduli sampah di tahun 2025 masih sebatas impian, namun impian itu akan semakin nyata bila semakin banyak yang ingin berkontribusi dan mulai memilah dan mengolah sisa bahan organiknya. 

Siapa tahu ada yang tergerak untuk ikut melakukan komposting di rumahnya setelah membaca tulisan ini. Siapa tahu 😊🙏🌱

Rawamangun, 9 Juni 2021

#catatanharianAndito
#selfreminder
#komposting
#pilahsampahdarirumah

Tuesday, January 12, 2021

TIPIS-TIPIS (3) VS KEBERLIMPAHAN

by

Masih melanjutkan tema tipis-tipis dan mengapa kita perlu mempertimbangkannya menjadi bagian dari keseharian kita. 

Karena kita hidup di era keberlimpahan. Keberlimpahan apa? Keberlimpahan informasi. 

Dulu (setidaknya saya), sempat mengalami masa di mana salah satu nasihan dari orangtua dan para pendidik adalah untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Karena apa? Karena sumber informasi yang sangat terbatas. 

Televisi, terbatas informasinya karena berita atau tayangan pengetahuan hanya ada pada jam-jam tertentu. Belum lagi pilihan stasiun TV yang terbatas. 

Demikian pula koran, radio maupun majalah, semua tidak bisa diakses dengan leluasa karena terbatasnya pilihan informasi. 

Maka perpustakaan dan toko buku menjadi salah satu tujuan bila sedang ingin menambah wawasan baik pengetahuan maupun perkomikan (itu saya 😁). Tantangannya, seberapa waktu yang tersedia untuk menikmati semua informasi di perpustakaan? Seberapa jarak yang dibutuhkan dan ongkos yang dikeluarkan untuk menuju toko buku? 

Dan saat ini, di era ini, jarak, waktu dan ongkos sudah terpangkas hampir habis untuk mendapatkan sebuah informasi. Bahkan bukan untuk mendapatkan, kita yang didatangi informasi!

Berbagai ragam informasi kini sudah hadir di genggaman kita, termasuk dalam hal urban farming. Berbagai metode memanfaatkan lahan sempit menjadi terlihat menarik dan menyenangkan untuk dijalani semua: organik, komposting, hidroponik, akuaponik, budikdamber, tabulampot, dan sebagainya membuat kita menjadi bersemangat untuk mulai melakukan, dan pada saat yang sama merasa kebingungan untuk memutuskan metode yang mana yang mau dilakukan. 

Ada yang mengalaminya? 😉😁

Oleh karena itu, tipis-tipis menjadi solusinya. Bahasa lainnya: mulai aja dulu, mulai setiap hari dan mulai dari langkah yang sederhana. 

Sesederhana mulai memutuskan area mana yang mau digunakan untuk ber-urban farming. Disarankan areanya mendapatkan sinar matahari minimal 4 jam sehari. 

Sesederhana mulai menyapu dan membersihkan area tersebut. 

Apakah boleh langsung dimulai? Boleh saja. Keputusan di tangan Anda. Setidaknya Anda sudah melakukan aksi tipis-tipis Anda. Boleh saja langsung memasang pot berisi media tanam di sana. Boleh juga diagendakan esok hari. 

Maka tipis-tipis, menurut saya, menjadi sebuah hal yang perlu dibiasakan di era keberlimpahan informasi ini, agar hari-hari demi hari kita dilengkapi langkah-langkah untuk mencapai tujuan kita, apa pun itu. 

Dan dalam hal ini, bisa jadi tujuannya adalah untuk memanfaatkan lahan terbatas kita, untuk menghadirkan asupan terbaik bagi keluarga kita dari kebun kita sendiri.

Siap bertipis-tipis? Sudah melakukan tipis-tipis apa hari ini? 😉👍🌱

Cipinang Muara, 12 Januari 2021

(Keterangan gambar: panen tipis-tipis sawi samhong dan kailan dari instalasi hidroponik pagi ini 🤩)

#selfreminder
#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer
 
=========
 
Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet
 
Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline 

Wednesday, January 6, 2021

TIPIS-TIPIS (2): HARI DEMI HARI

by


Masih dalam tema tipis-tipis. 


Bisa jadi karena masih dalam suasana belajar di akademi Covid yang diikuti oleh manusia sedunia in, maka bertahan hidup (survive) menjadi hal yang terpenting untuk terus diupayakan. 


Tidak hanya menjaga kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental. 


Salah satu hal yang bisa jadi membuat kesehatan mental kita terganggu adalah saat adanya sebuah target yang tidak tercapai, saat impian yang didamba terasa semakin menjauh, dan perlahan kita mulai hilang harapan. 


Jadi teringat pada film ‘Life of Pi’, tentang seorang remaja yang terombang-ambing berminggu-minggu di tengah lautan bersama seekor harimau buas yang bisa memakannya kapan saja. 


Keberadaan harimau itu adalah ancaman? Jelas, sangat berbahaya dan mematikan. 


Dan apa yang disimpulkan oleh Pi saat ditanya mengenai apa yang membuatnya bisa tetap bertahan? Apakah harapan? Ternyata bukan itu. 


Yang membuatnya bertahan adalah karena setiap hari hidupnya selalu merasa terancam sehingga harus terus-menerusbersiaga meski di dalam tidurnya, karena ada harimau yang bisa menerkamnya kapan saja. 


Dan tahukah, sahabat semua, karena adanya harimau itu, Pi menjadi memiliki tujuan yang jelas di setiap harinya. Apakah itu? Memberi makan harimau. 


Ya, musuh terbesarnya menjadi penyelamat hidupnya, karena harimau itu memberikan ia kesiagaan dan tujuan hidup hari demi harinya. 


Hari demi hari. Sounds familiar? Terdengar akrab di telinga atau mata kita sebagai sesuatu yang perlu kita syukuri dan hargai? 


Mensyukuri setiap momen, bahkan setiap tarikan nafas yang dapat kita hirup adalah sebuah kebahagiaan, sebuah berkah, bahkan kemewahan bila dibandingkan dengan sahabat-sahabat kita yang saat tulisan ini dibuat sedang tidak mudah untuk mendapatkan sebuah tarikan nafas yang panjang dan dalam. 


Yuk, kita bernafas sejenak 😊


Lalu apa kaitannya dengan judul tipis-tipis hari ini? Dan apa kaitannya dengan uban farming? Sepertinya akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya. 


Begitulah dalam menulis, begitulah dalam kehidupan. Bisa jadi yang tertumpah dan terjadi bukanlah hikmah dan tujuan yang direncanakan, namun niscaya itulah yang terbaik dari Tuhan, dari semesta untuk kita semua. 


Selamat menikmati hari demi hari Anda 😊🙏🌱


Cipinang Muara, 6 Januari 2020


(Keterangan gambar: bibit pakcoy hasil membibit tipis-tipis setiap hari) 


#selfreminder

#urbanfarmingwisdoms

#motivarmer

 

=========

 

Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:

bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau

bit.ly/PodcastRumahHijaunet

bit.ly/YoutubeRumahHijaunet

 

Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:

bit.ly/PelatihanKompostingOnline 


 


Tuesday, January 5, 2021

TIPIS-TIPIS

by

Belakangan ini, saya sering mendengar kata ‘tipis-tipis’ dalam beberapa pembelajaran online yang saya ikuti. Mulai dari pengembangan diri, literasi finansial maupun bisnis. 

Dan saat memanen sawi samhong dari instalasi hidroponik pagi ini saya semakin memahami makna dari ‘tipis-tipis’ itu. Ya, pagi ini, dan beberapa hari sebelumnya, saya panen sayur tipis-tipis untuk keluarga saya. Cukup 1-2 netpot, bisa untuk melengkapi raw juice yang akan dibuat istri pagi ini 😊

Dan mengenai tipis-tipis, setidaknya ada dua variabel yang menjadi dasar perlunya kita menerapkan prinsip tipis-tipis ini dalam mencapai tujuan/goal hidup kita:

1. Kapasitas
Bisa jadi dalam mendalami sebuah skill sebagaimana urban farming, kita berada dalam situasi yang baru memulai. Tujuan besarnya ingin bisa memiliki instalasi hidroponik atau kebun dengan aneka tanaman sayuran yang instragamable dan cakep untuk dibuat selfie. Dan ketahuilah, sahabat semua, bahwa setiap keberhasilan selalu diawali dengan langkah pertama. 

Apa langkah pertama dalam berurban farming? Belajar. 

Ya, belajar melalui sumber apa pun. Internet menyediakan banyak sekali informasi dan inspirasi dalam berurban farming. 

Dan langkah pertama ini takkan lengkap tanpa langkah keduanya, yaitu praktik. 

Setipis apa pun langkah Anda, praktiklah. Mulailah dari mengisi pot Anda dengan media tanam. Langkah pertama selesai, akan berlanjut ke langkah selanjutnya seperti menanam benih, menyiram dan seterusnya. 

2. Waktu 
Nah, variabel ini yang berada di luar kendali kita. Kita tidak akan pernah tahu kapan jatah hidup kita di dunia ini akan berakhir. Betul? 😊🙏

Jadi, sebaiknya tidak menunggu tebal atau besar dulu untuk melakukan urban farming. Yakin besok pasti akan tiba? 

Saya nulis ini sambil merinding-merinding sendiri membayangkan betapa berharganya setiap detik waktu yang kita miliki 😊🙏

Jadi, daripada menunggu yang tebal atau yang besar itu sampai, yuk kita mulai berurban farming dengan yang tipis-tipis saja.

Setipis menyemai 5 benih sawi atau selada setiap harinya. Ya, itulah yang saat ini sedang saya coba lakukan dan biasakan. 

Semenjak saya menutup divisi produksi komposter dan instalasi hidroponik #rumahhijaunet, saya mencoba untuk tetap melakukan proses urban farming dengan tipis-tipis. Dengan harapan, bila esok tiba, saya bisa mengulangi hal yang sama. 

Dan bila esok ini terulang sampai 30 kali, siapa tahu saya kembali bisa memanen apa yang saya tanam 30 hari yang lalu, bisa memotretnya dan mengunggah ke media sosial untuk berbagi rasa syukur dan inspirasi sekaligus mendokumentasi. 

Dan apa yang saya tuliskan ini niscaya berlaku juga untuk setiap kebaikan yang bisa kita lakukan setiap harinya. Tipis-tipis saja, setipis menyapu lantai rumah, setipis melakukan stretching untuk menjaga persendian tubuh kita, setipis menyadari dan menikmati setiap tarikan nafas yang begitu berharga di tengah tidak sedikit saudara-saudara kita sedunia yang perlu berjuang untuk mendapatkan sebuah tarikan nafas. 

Jadi, selamat bertipis-tipis, sahabat semua 😉👍🌱

Cipinang Muara, 5 Januari 2020

#selfreminder
#urbanfarmingwisdoms
#motivarmer
 
=========
 
Untuk sharing dan diskusi seputar komposting dan urban farming, silakan melalui link-link berikut:
bit.ly/GrupFBSahabatRumahHijau
bit.ly/PodcastRumahHijaunet
bit.ly/YoutubeRumahHijaunet
 
Untuk mengikuti pelatihan komposting secara online, silakan langsung klik link berikut:
bit.ly/PelatihanKompostingOnline 

 

Top Ad 728x90